SOLOPOS.COM - Personel Paskibra Solo yang dipersiapkan untuk upacara peringatan HUT ke-69 kemerdekaan Indonesiatengah berlatih di halaman Stadion Manahan, Solo, belum lama ini. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Personel Paskibra Solo yang dipersiapkan untuk upacara peringatan HUT ke-69 kemerdekaan Indonesiatengah berlatih di halaman Stadion Manahan, Solo, belum lama ini. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Personel Paskibra Solo yang dipersiapkan untuk upacara peringatan HUT ke-69 kemerdekaan Indonesia berlatih di halaman Stadion Manahan, Solo, belum lama ini. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Solopos.com, SOLO – Kualitas personel Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kota Solo saat ini dipoertanyakan. Dari 57 siswa yang terpilih dari semua sekolah di Solo banyak yang dinilai hanya mendekati kriteria, dan tidak sepenuhnya sesuai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang Kepemudaan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Kelik Isnawan, mengatakan hal ini disebabkan sekolah-sekolah kurang memperhatikan kualitas personel yang dikirimkan. “Siswa yang dikirim terkesan sembarang saja,” ujarnya kepada wartawan beberapa waktu yang lalu. Akibatnya unit paskibra di Solo juga terkesan seadanya. Bahkan, Solo baru bisa mengirimkan wakilnya ke nasional tahun ini. “Itu pun kebetulan anaknya memang [bertubuh] tinggi,” ujarnya.

Senada dengan Kelik, pelatih Paskibra Solo, Kusnanto, mengatakan hal yang sama. Bahwa paskibraka di Solo memang mendekati kriteria, bukan sesuai kriteria. “Jika kami ketat saat seleksi, dari 200 yang mendaftar bisa jadi sedikit yang masuk,” jelasnya. Bahkan, dari 57 paskibraka yang ada sekarang ini, ada yang cuma mempunyai tinggi 162 cm. Padahal menurut peraturan, paskibraka harus mempunyai tinggi tubuh 165 cm.

Sebenarnya, di setiap sekolah menurutnya ada yang sesuai. Tapi, siswanya yang tidak mau menjadi paskibraka, sehingga tak ada pilihan lain. “Saat seleksi pertama, kami memang menilai secara fisik, [seleksi] akhirnya kan di Disdikpora,” katanya. Bukan hanya masalah kriteria, penyesuaian gerakan juga sulit. Kusnanto mengatakan sudah lima kali latihan masih ada yang tidak sesuai. Hal ini juga karena di setiap sekolah didikannya berbeda. “Paling sulit menyesuaikan, ini sudah agak mendingan,” ujarnya di tengah-tengah kegiatan melatih.

Satu di antara anggota Paskibraka Solo 2014, Jefry Roni, membenarkan bahwa penyesuaian gerakan yang dirasa sulit. Menurutnya dari berbagai sekolah ada yang memang ikut eskul Paskibraka dan ada yang tidak. “Jadi ada yang memang sudah pernah, ada yang belum pernah, tapi sekarang sudah agak seragam,” terang siswa SMAN 6 Solo ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya