SOLOPOS.COM - Ilustrasi RS Kusta Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, JEPARA – Menjelang peringatan Hari Kusta Sedunia, Rumah Sakit (RS) Kusta Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), mencatat ada grafik naik turun atau fluktuatif terhadap pasien yang dirawat selama tiga tahun terakhir. Penyebabnya tak lain adalah kendala deteksi dini penyakit kusta di Jateng yang belum maksimal.

Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan dan Perawatan Khusus Rumah Sakit Kusta Donorojo, Joko Winarno, membeberkan jika angka pasien kusta di rumah sakitnya masih naik turun. Namun, bila ditarik selama tiga tahun terakhir, pihaknya mengeklaim cenderung mengalami penurunan.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

“Jadi untuk [pasien] penyakit kusta, sejak pandemi mengalami penurunan. Catatan kami, pada 2020 ada 424 pasien, kemudian 2021 [pandemi] ada 292 pasien. Sedangkan saat ini [2022], ada 317 pasien. Rata-rata pasienya masih pada usia produktif [20 tahun-40 tahun] dan hampir dari seluruh kabupaten/kota di Jateng,” ujar Joko saat dijumpai Solopos.com, Kamis (26/1/2023).

Ratusan pasien kusta yang saat ini berada di RS Kusta Donorojo, lanjut Joko, adalah dari temuan kasus baru di Jateng selama 2022, yakni sebanyak 973 kasus kusta. Selain itu, dari total 973 temuan kasus kusta baru itu, sebanyak 85 orang telah dinyatakan terlambat deteksi dini.

“Jadi dari ratusan [temuan kasus kusta baru di Jateng] itu ada yang dirawat di tempat kita. Terus dari kasus baru 2022 itu, 85 diantaranya adalah cacat tingkat dua atau ditemukan [diagnosis] sudah terlambat,” sambungnya.

Penyebab telat diagnosis, terang Joko, karena penyakit kusta dinilai sangat spesifik atau perlu kepekaan tinggi untuk mengetahuinya. Ditambah waktu inkubasi atau reaksinya yang terbilang lama saat menyerang manusia, dan stigma akan penyakit kusta yang tak dapat disembuhkan masih sangat melekat di masyarakat.

“Penyakit kusta ini sulit dikategorikan penyakit gampang diagnosis, karena butuh waktu lama dan butuh waktu juga untuk memahami. Kadang ada masyarakat yang terkena kusta, tapi belum bereaksi. Enggak percaya, menghindari, malu, dan enggak segera berobat ke fasyankes. Padahal, reaksi kusta bisa tiga sampai 10 tahun. Kalau sudah bertahun-tahun, itu sudah telat diagnosis dan kebanyakan mengalami kecacatan,” jelasnya.

Susah Disembuhkan

Joko pun menekankan jika sudah masuk dalam cacat tingkat dua, pasien sudah tak bisa dipulihkan hingga 100 persen. Pihaknya hanya mampu menekan hingga turun menjadi cacat tingkat satu.

“Nah, apakah cacat itu bisa sembuh? Kalau luka bisa sembuh, kalau dari cacat tingkat dua, hanya bisa menjadi tingkat satu, artinya sembuh tapi masih kelihatan kalau pernah cacat,” pungkasnya.

Sementara itu, seorang pasien kusta di RS Kusta Donorojo, MA, 37, mengaku sudah tiga bulan melakukan perawatan atau pengobatan. Hasil dari perawatan rutin tersebut, luka-luka atau rekasi di kedua kakinya telah mulai memudar atau sembuh.

“Sebelumnya lima tahun pengobatan di rumah, terus dari Pukesmas dirujuk ke Donorojo karena ada reaksi, keluar luka juga. Alhamdulillah, ini sudah mulai sembuh lukanya,” katanya yang sudah tiga bulan tak bertemu keluarganya di Kabupaten Brebes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya