SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung pasar berjalan kaki melewati los pedagang daging ayam yang sepi di Pasar Ir. Soekarno, Senin (8/8/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Pasar tradisional Sukoharjo, belasan pedagang Ir Soekarno bangkrut.

Solopos.com, SUKOHARJO–Belasan pedagang Pasar Ir. Soekarno mulai gulung tikar lantaran tak ada pemasukan saat berjualan di dalam pasar. Mereka beralih profesi dan menjual harta benda untuk menyambung hidup.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hingga sekarang kondisi pasar terbesar di Sukoharjo masih sepi sejak sejak para pedagang pindah dari pasar darurat ke bangunan baru pasar pada awal 2015. Masyarakat memilih berbelanja kebutuhan pokok di luar pasar. Tak ayal, penghasilan para pedagang di dalam pasar merosot tajam.

Ekspedisi Mudik 2024

Kondisi ini berimbas pada kelangsungan hidup pedagang. Tak sedikit pedagang pasar yang gulung tikar lantaran minimnya penghasilan yang didapat setiap hari. Mereka beralih profesi menjadi buruh tani, tukang becak, hingga sopir taksi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

“Saya menjual tanah di Jumapolo, Karangnyar senilai Rp50 juta untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Sekarang saya kerja menjadi buruh serabutan kadang di lahan pertanian atau tetangga rumah yang membutuhkan tenaga serabutan,” kata seorang pedagang Pasar Ir. Soekarno, Wagimin, saat ditemui Solopos.com di rumahnya,” Senin (8/8/2016).

Pria yang akrab disapa Min ini menceritakan saat ia berjualan berbagai kebutuhan di Pasar Ir. Soekarno sebelum dibangun. Kala itu, ia bisa meraup keuntungan minimal Rp100.000/hari. Jumlah pelanggan setianya cukup banyak. Mereka selalu berbelanja di lapaknya setiap hari.
Omzet penjualannya mulai anjlok sejak berpindah ke pasar darurat selama pengerjaan proyek pembangunan Pasar Ir. Soekarno pada 2012. Terlebih pembangunan Pasar Ir. Soekarno sempat mangkrak selama lebih dari dua tahun.

“Saya sempat berjualan di bangunan baru pasar namun hanya beberapa bulan lantaran kondisinya sangat sepi. Sekarang saya tak berjualan lagi karena tak ada pemasukan,” papar dia.

Dia menilai pemicu utama masalah sepinya Pasar Ir. Soekarno dipicu mangkraknya pasar itu selama lebih dari dua tahun. Masyarakat enggan berbelanja kebutuhan pokok di dalam pasar. Mereka memilih membeli kebutuhan pokok di sekeliling pasar itu.

Hal senada diungkapkan Ketua Himpunan Pedagang Pasar Kota Sukoharjo (HPPKS), Fajar Purwanto. Menurut dia, sebagian pedagang yang beralih profesi disebabkan masalah sepinya pasar belum terselesaikan. Hingga sekarang belum ada solusi jitu untuk mengatasi masalah itu kendati Pemkab Sukoharjo telah melakukan penertiban pedagang yang berjualan di trotoar di sisi selatan pasar pada beberapa bulan lalu.

Sepinya kondisi pasar juga berimbas pada membusuknya barang dagangan yang dijual para pedagang. Kebutuhan pokok seperti bawang merah, bawang putih bakal membusuk lantaran tak ada masyarakat yang membeli. “Kami tak lagi minta berdialog dengan Bupati Sukoharjo karena sama saja tak ada perubahan signifikan. Kami minta respons cepat dan turun langsung mengatasi problem sepinya pasar,” kata dia.

Di sisi lain, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperidag) Sukoharjo, A.A. Bambang Haryanto, belum bisa dimintai konfirmasi ihwal pedagang pasar yang gulung tikar. Espos telah menghubungi ponselnya namun belum direspons.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya