SOLOPOS.COM - Pasar Gede Solo. (Surakarta.go.id)

Solopos.com, SOLO — Apakah Pasar Legi atau Pasar Gede yang merupakan pasar tertua di Kota Solo, Jawa Tengah?

Kota yang kini dipimpin oleh Wali Kota Gibran Rakabuming Raka ini memiliki sejumlah pasar yang cukup terkenal, mulai dari Pasar Jongke, Pasar Nusukan, dan Pasar Gilingan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain itu, ada juga Pasar Klithikan Notoharjo, Pasar Kembang, Pasar Nongko, Pasar Legi, hingga Pasar Gede.

Baca Juga:  Gegara Video Ini, Ganjar Pranowo Dijuluki Gubernur Halu

Dari sekian banyak pasar di Kota Solo, banyak yang beranggapan Pasar Legi dan Pasar Gede merupakan pasar tertua di Kota Solo, benarkah demikian?

Melansir situs resmi Pemkot Solo, ternyata pasar tertua di Kota Bengawan adalah Pasar Gede. Pasar ini didirikan di zaman Paku Buwono X yang dibangun oleh arsitek terkenal dari Eropa bernama Ir Herman Thomas Kartsen. Dia juga membangun pasar di Semarang dan gedung-gedung indah di Bandung.

Baca Juga:  Ini Asal Usul Nama Boyolali, Ada Kaitannya dengan Buaya?

Saat awal pendirian, para pedagang masih mengenakan kebaya dan kain jarik. Sementara itu, pedagang prianya menggunakan busana Jawa dan blangkon.

Pasar Gede dibangun di tanah yang dihuni oleh Babah China berpangkat Mayor yang biasa dipanggil Babah Mayor. Dia mendirikan warung-warung kecil berjejer hingga Warung Miri dan Warung Pelem.

Baca Juga:  Kepelan, Camilan Enak Khas Klaten yang Murah Meriah

Karena bangunan Pasar Gede sudah jadi, warung-warung diminta masuk ke pasar tertua di Solo ini hingga sekarang.

Kini, pasar yang berlokasi tak jauh dari Balai Kota Solo ini telah berusia 92 tahun sejak diresmikan Paku Buwono X pada 12 Januari 1930.

Baca Juga: Pangkas Waktu Jadi 20 Menit, Ada 9 Simpang Susun di Tol Solo-Jogja

Sejarah Pasar Gede, Pasar Tertua di Solo

Sementara itu, berdasarkan artikel sejarah yang ditayangkan di situs resmi Kemendikbud, nama Pasar Gede sendiri merujuk pada bangunan yang berbentuk besar menyerupai benteng di pintu masuk utama berbentuk singgasana besar dan atap yang lebar.

Sedangkan nama Hardjonagoro yang digunakan sebagai nama belakang pasar tertua di Solo ini diambil dari nama seorang keturunan China yang mendapat gelar KRT Hardjonegoro dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Baca Juga:  Siapa Sangka Ada Tempat Makanan Plastik Ramah Lingkungan, Ini Wujudnya!

Dikutip dari Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya 2017 yang diterbitkan Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo, dari sejarah Pasar Gede Solo, pasar ini menjadi simbol harmoni kehidupan sosial budaya yang telah berkembang di Solo pada masa itu.

Hal ini terbukti dengan adanya sebuah klenteng Vihara Avalokitesvara Tien Kok Sie yang berada di dekat Pasar Gede, pasar tertua di Solo dan masih berdiri kokoh hingga sekarang.

Baca Juga:  Doa Saat Gempa Bumi Terjadi Menurut Ajaran Islam

Berdasarkan historinya, Pasar Gede Solo mengalami tiga masa, yakni kerajaan, post kolonial dan masa kemerdekaan. Sebelum diresmikan pada 1930, pada masa kolonial Belanda, Pasar Gede dianggap sebagai mediator perdagangan masyarakat China dan Belanda serta pribumi.

Selain itu, pada masa tersebut Pasar Gede juga dikenal sebagai Pasar Priyayi. Pasalnya, dagangan yang dijual di pasar ini terkenal dengan kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan pasar-pasar lainnya.

Baca Juga:  5 Kuliner Autentik Khas Klaten, Sudah Coba Semua Lur?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya