SOLOPOS.COM - Sapi yang terkena PMK tidak boleh dijadikan hewan kurban. (Ilustrasi/Freepik.com)

Solopos.com, BOYOLALI – Sejumlah pedagang sapi mengungkapkan dampak yang mereka rasakan akibat penutupan seluruh pasar hewan di Boyolali dari Jumat (27/5/2022) hingga Minggu (20/6/2022). Seperti diketahui, Pemkab Boyolali memutuskan menutup sementara pasar hewan demi menghindari meluasnya persebaran penyakit mulut dan kuku atau PMK pada ternak.

Para pedagang sapi yang diwawancarai Solopos.com, Senin (13/6/2022), mengaku kehilangan pendapatan karena penutupan pasar hewan. Bahkan ada pedagang yang harus mencari pekerjaan sampingan dan makin merana karena sapinya sendiri diterjang penyakit mulut dan kuku.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu pedagang yang biasa berjualan di Pasar Hewan Sunggingan, Jelok, Cepogo, Boyolali, Sarjoko, 30, mengatakan memilih libur berjualan sapi. “Kalau bawa pulang sapi takut wabah [PMK]. Kalau yang kena sapi pribadi enggak masalah. Tapi enggak enak kalau tetangga yang kena, jadi enggak enak,” kata Sarjoko saat dihubungi Solopos.com, Senin.

Ia mengatakan sebelum Iduladha biasanya menyetok sapi. Akan tetapi karena ada PMK di Boyolali, ia mengaku tidak berani menyetok sapi menjelang Iduladha 2022 ini. Saat disinggung mengenai mengapa tidak berjualan sapi secara daring, Sarjoko mengatakan kesulitan mencari sapi untuk dijual kembali.

Ekspedisi Mudik 2024

“Para petani enggak mau jual soalnya harganya ya turun. Kemudian juga dulu biasanya saya beli di daerah Cangkringan, Sleman [DIY]. Tapi di sana katanya ada aturan pedagang dari Boyolali enggak boleh ke situ kecuali urgen,” kata dia.

Baca juga: Inilah 45 Desa Wisata di Boyolali, Desamu Termasuk Enggak Lur!

Sarjoko menuturkan harga jual sapi yang terkena PMK juga menurun drastis. Ia pernah mencoba menjualkan sapi yang seharusnya berharga Rp18 juta hanya dihargai Rp8 juta. Hal tersebut, lanjut dia, membuatnya memilih untuk libur dari berjualan sapi.

Lama-Lama Pusing

Untuk memenuhi kebutuhannya selama pasar hewan ditutup, pedagang asal Tamansari, Boyolali, tersebut mengatakan menggunakan uang modal berjualan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Sarjoko yang menggantungkan pendapatannya berdagang sapi di Pasar Hewan hanya bisa menunggu hingga pasar hewan dibuka untuk dapat kembali mencari nafkah.

“Harapannya agar wabah PMK cepat selesai agar semuanya bisa kembali normal dan bisa berjualan lagi. Kalau setengah bulan pasar ditutup begitu uangnya masih ada, tapi kalau lama-lama juga pusing,” kata dia.

Baca juga: 2 Rumah dan 5 Kendaraan Hangus, Ini Pemicu Kebakaran Andong Boyolali

Sementara itu, petani sekaligus pedagang sapi yang biasanya berjualan di Pasar Hewan Sunggingan, Yasin Widodo, 30, juga memilih libur berjualan. “Selain itu, sapi- sapi saya juga sudah pada ambruk, sapi saya sendiri itu,” terangnya.

Ia mengatakan sudah mengupayakan menyembuhkan sapi dengan memanggil mantri hewan dan juga memberikan ramuan herbal.

“Ibaratnya semua obat palawija sudah saya kasih untuk obat, tapi memang beberapa tidak terselamatkan. Saya jual ke jagal gitu jadi murah sekali harganya. Semisal dulu dijual harga satu sapi, sekarang dapat dua sapi,” jelasnya.

Saat ditanya apakah dia mencoba memasarkan sapi-sapinya lewat online, ia mengaku tidak melakukannya karena peminat sapi semakin sedikit. Yasin mengatakan sepinya peminat sapi karena banyak masyarakat yang takut dengan PMK. “Harapannya PMK segera hilang karena kalau seperti ini kan kebanyakan petani sapi rugi,” jelas dia.

Baca juga: Rayakan HUT Boyolali, Dalang Lintas Generasi Tampil di Pendapa Gedhe

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya