SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SRAGEN–Pedagang Pasar Gemolong 2, Kecamatan Gemolong, Sragen mengeluhkan kondisi pasar yang sepi. Pasalnya hal itu berpengaruh terhadap hasil penjualan para pedagang.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Jumat (24/2/2012), hanya beberapa orang saja yang terlihat memasuki areal Pasar Gemolong 2 untuk membeli sesuatu dari pedagang di dalam pasar. Puluhan kios pasar terlihat tertutup. Tempat berjualan model terbuka di dalam pasar juga sepi. Hanya terlihat beberapa pedagang yang berjualan dan beberapa orang yang sedang berbincang-bincang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah seorang pedagang asal Desa Ngembatpadas, Kecamatan Gemolong, Anjasmoro, 41, mengungkapkan sepinya Pasar Gemolong 2 karena tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar ataupun badan jalan.

“Seharusnya ada campur tangan pemerintah menertibkan para pedagang yang tidak tertib itu. Mereka seharusnya diminta berjualan di dalam Pasar Gemolong 2 sehingga lebih ramai,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di sela-sela kesibukannya melayani pembeli, Jumat.

Ia berharap pemerintah Kecamatan Gemolong khususnya bisa memfasilitasi ataupun menjembatani agar Pasar Gemolong 2 juga ramai seperti Pasar Gemolong 1.

“Tiga tahun terakhir ini sebenarnya kondisinya sudah lebih baik dari tahun sebelumnya. Tapi untuk usaha, tetap belum ramai. Kalau malam hari, di sini malah ramai,” terangnya.

Pedagang lainnya yang sudah tiga tahun berjualan di Pasar Gemolong 2, Suwarni, 35, mengungkapkan sejak kali pertama berjualan di pasar itu, kondisinya memang sepi. Menurutnya hal itu karena tidak ada penataan yang jelas.

Penjual pakan ternak ini mengusulkan agar ada penentuan lokasi pedagang yang jelas. Ia mencontohkan semua pedagang burung dan pakan burung ditempatkan di satu tempat. Misalnya di Pasar Gemolong 2. Sehingga ketika pembeli akan mencari segala hal terkait burung, langsung menuju satu tempat. “Demikian halnya pedagang lainnya yang sejenis, ditempatkan dalam satu lokasi. Jadi ada persaingan yang sehat dan Pasar Gemolong 2 bisa seramai Pasar Gemolong 1,” terangnya.

Karena kondisi pasar sepi, kata Suwarni, selama ini ia hanya mendapatkan penghasilan bersih setiap harinya antara Rp40.000-Rp60.000. Padahal karena masih ngontrak, Suwarni harus membayar sewa kios Rp1,5 juta/tahun.

(JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya