SOLOPOS.COM - Salah satu perajin wayang di Desa Kepuhsari, Sutar, saat menjelaskan ragam wayang buatannya kepada Solopos.com, Kamis (24/2/2022). (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah lama dikenal sebagai sentra industri pembuatan wayang kulit itu mengalami pasang surut hingga kini.

Para perajin wayang kulit, menurut informasi yang dihimpun Solopos.com, jumlahnya mencapai ratusan orang mulai dari generasi tua hingga muda. Salah satunya Sutar. Rumahnya di tengah-tengah Desa Kepuhsari. Dia mengaku menjadi perajin wayang sejak usia 9 tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Mulai dari 1975 sampai sekarang. Sejak mulai membuat wayang, saya sudah menghasilkan uang,” ucap Sutar saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (25/2/2022).

Baca Juga : Pertunjukan Wayang Disoal, Ki Warseno Slank Minta Maaf

Ia mengaku sudah bisa membuat seluruh karakter wayang sejak duduk di bangku kelas VI SD. Jumlahnya sekitar 160 karakter. Keterampilan itu didapat saat belajar dari kakek dan pamannya. Seperti perajin wayang di Kepuhsari lainnya, keterampilan membuat wayang ibarat bakat turun temurun. Kini Sutar sudah memiliki tiga cucu.

“Dulu bukan kampung wayang, tapi hanya disebut Wayang Kepuhsari. Nama [Kepuhsari] lama dikenal banyak orang sebagai gudang perajin wayang,” kata Sutar sembari menyebut masa popularitas Wayang Kepuhsari tahun 1980 hingga 1990-an.

Pada tahun tersebut, wayang dari Kepuhsari booming. Menurut pengakuan Sutar, turis asing hingga Menteri Penerangan pada masa itu, Harmoko, datang ke Desa Kepuhsari. Sosok yang membuat Kepuhsari dan wayangnya dikenal adalah Sukarhadi Prayitno.

Baca Juga : OJK Tekankan Bahaya Pinjol Ilegal lewat Pakeliran Wayang

Data yang dihimpun dari berbagai sumber, peran Sukar Hadi Prayitno berhasil membuat kerajinan wayang Kepuhsari moncer ke luar kota/kabupaten, bahkan luar negeri. Sukar Hadi menjabat pemimpin paguyuban dan koperasi yang mewadahi perajin wayang di Kepuhsari. Perkumpulan itu dinamai Tri Sedono.

Di bawah pimpinan Sukar Hadi, perkumpulan perajin wayang di Kepuhsari telah berbadan hukum, memiliki rumah, dan banyak dibantu pemerintah pusat. Berkat penokohannya, Sukar Hadi dipanggil ke Istana Presiden untuk menerima Penghargaan Upakarti. Masa-masa kepemimpinan Sukar Hadi disebut Sutar sebagai masa kejayaan kerajinan wayang Kepuhsari.

“Lama kelamaan, mungkin sekitar 15-17 tahun, kerajinan wayang di Desa Kepuhsari mengalami masa surut. Banyak perajin beralih profesi,” tutur Sutar.

Baca Juga : Ketum PKR Tuntas Subagyo Pentaskan Wayang Kulit untuk Nguri-Uri Budaya

Masa surut tak membuat Sutar berhenti sebagai perajin wayang. “Meskipun pesanan yang datang hanya satu atau dua saja, tapi saya belum pernah istirahat sebagai perajin,” ujarnya.

Warga asli Kepuhsari pindah ke kota lain dan menjadi perajin wayang. Karenanya, ikon Kepuhsari sebagai pusat industri wayang yang terkenal di Indonesia bahkan luar negeri, lambat laun meredup karena perajinnya bisa ditemui di kota-kota lain.

Wisata Kampung Wayang

Masa surut hingga kalah bersaing harga tak menyurutkan spirit perajin wayang Desa Kepuhsari. Buktinya, banyak warga masih bertahan sebagai perajin wayang selama belasan tahun masa surut. Awal 2011, sambung Sutar, empat mahasiswa dari salah satu universitas di Jakarta membangkitkan spirit Kepuhsari sebagai sentra industri wayang.

Baca Juga : Mengenal Komunitas Darma Boyolali, Tempat Dalang Remaja Berkreasi

Sekelompok mahasiswa tersebut melakukan penelitian di Desa Kepuhsari dan mengambil wayang sebagai objek penelitian. “Ide penggarapan wisata Kampung Wayang mulai dibuat. Modelnya tidak lagi hanya menyumbang barang berupa wayang, tapi juga cara membuat wayang,” kata Sutar menjelaskan isi penelitian empat mahasiswa tersebut.

Penelitian mahasiswa tersebut dilombakan dan menyabet juara tingkat nasional. Sutar menyebut uang hadiah lomba diserahkan ke Desa Kepuhsari untuk pengembangan wisata Kampung Wayang.

“Sejak itu mulai ada pelatihan-pelatihan, seperti cara menyambut tamu. Setiap dua sampai tiga kali dalam sebulan,” ucapnya.

Baca Juga : Gadis Cantik asal Jogja Ini Lebih Pilih Wayang Daripada K-Pop

Wajah Desa Kepuhsari sebagai sentra industri wayang seakan hidup kembali. Terutama setelah wisata Kampung Wayang dicanangkan pada 29 November 2014. Desa Kepuhsari kedatangan wisatawan dari luar kota/kabupaten hingga mancanegara, seperti masa-masa kejayaannya saat dipimpin Sukar Hadi Prayitno.

Perajin wayang di Desa Kepuhsari masih hidup. Pandemi Covid-19 memukul wisata Kampung Wayang, tetapi perajin wayang seperti Sutar masih kekeuh menjadikan kerajinan wayang sebagai mata pencaharian sehari-hari. “Mungkin hampir 24 jam setiap hari saya menatah wayang di sini [meja teras rumah],” jelas Sutar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya