SOLOPOS.COM - Muhammad Romahurmuziy (Romahurmuziy.com)

Partai Persatuan Pembangunan mengaku perlu mewaspadai adanya kader merpati dalam partai politik tersebut.

Semarangpos.com, SEMARANG —Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy waswas dengan adanya kader “merpati” atau kader yang bergabung ke suatu partai politik saat ada kepentingan pribadi atau iming-iming keuntungan. Di sisi lain, ia mengembuskan kekhawatiran kepada kadernya atas berkembangnya radikalisme yang mengatasnamakan agama.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Kedua hal itu dikemukakan Romahurmuziy saat memberikan sambutan dalam rangka Hari Lahir Ke-44 PPP dan pelantikan pengurus DPW PPP Jawa Tengah dan DPC PPP kabupaten-kota se-Jateng. “Kepada kader-kader ‘merpati’ saya minta untuk meluruskan niatnya, ini penting untuk memastikan agar kehidupan kepartaian tetap sehat,” pintanya.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Ketua Umum PPP yang akrab disapa Romi itu, tidak akan ada kehidupan demokrasi tanpa suatu partai politik dengan berbagai latar belakang. “Jika sepanjang kita menyakini ini adalah tuntunan hidup menuju kesejahteraan rakyat, maka tidak ada jalan lain kecuali memperbaiki dan hal itu tidak di tangan konstituen, tapi dari tangan pemimpin-pemimpin parpol,” ujarnya.

Untuk itu, ia meminta seluruh kader PPP mampu menjawab tantangan kebangsaan dengan tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurutnya, tantangan kebangsaan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini adalah menguatnya politik identitas. “Setiap orang ingin eksis di dunia maya, melalui berbagai media sosial seperti Twitter dan Facebook,” katanya.

“Hari ini kita dihadapkan kepada tantangan kebangsaan yang kalau tidak hati-hati menjawabnya, maka bisa-bisa Indonesia nasibnya dipertaruhkan,” katanya.

Seluruh kader PPP juga diinstruksikannya mencintai Tanah Air Indonesia dan menyebarkan agama Islam dengan penuh kecintaan, sebab itu sebagai bagian dari keimanan. Namun, ditegaskannya pula agar kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di seluruh tingkatan mewaspadai berkembangnya radikalisme yang mengatasnamakan agama karena hal itu menurut dia dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Radikalisme atas nama agama menjadi radikalisme paling berbahaya dibandingkan dengan radikalisme yang lainnya,” tegasnya.

Menurut dia, munculnya radikalisme yang mengatasnamakan agama itu bukan karena kurangnya pemahaman agama, tapi karena adanya perbedaan dalam memahami agama. “Kalau ada radikalisme atas nama agama, maka siapapun pemeluk sebuah agama yang menyakini kebenaran agama itu akan rela mati untuk agamanya, dan pengikut radikalisme atas nama agama akan rela membunuh orang lain asal dijanjikan surga,” ujar pria yang akrab disapa Romi itu.

Karenanya, Romi mengajak seluruh masyarakat menggunakan agama dari Tuhan yang sudah berbeda-beda di Indonesia sejak awal berdirinya NKRI itu sebagai kekuatan perekat, bukan kekuatan pemisah. “Kalau kita memaksakan suatu agama dan harus homogen maka yang menjadi persoalan siapa yang mampu menyeragamkan dan keseragaman seperti apa yang mau diwujudkan,” katanya.

Menanggapi adanya pihak-pihak yang meneriakkan Indonesia diganti dengan khilafah, Romi mengingatkan bahwa khilafah sudah berakhir berwaktu-waktu yang lalu dan menanyakan Islam mana yang akan digunakan kalau mau menyatukan Indonesia di dalam panji-panji Islam, serta mengganti NKRI dengan negara Islam. “Menyatukan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah saja repot kok mau menyatukan Islam di Indonesia,” candanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya