SOLOPOS.COM - Pembukaan konser musik gamelan bertajuk PARAMAGANGSA: Perayaan Ditetapkannya Gamelan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda di Pendapa GPH Joyokusumo, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Kamis (20/1/2022) malam. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Pada Kamis (20/1/2022) tepat 35 hari gamelan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Organisasi dunia United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Unesco).

Institut Seni Indonesia (ISI) Solo sebagai salah satu inisiator mengajak masyarakat merayakan momen bersejarah tersebut dalam konser kolaborasi bertajuk PARAMAGANGSA, Perayaan Ditetapkannya Gamelan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda di Pendapa GPH Joyokusumo, Kamis (20/1).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Konser musik gamelan tak hanya mewakili Jawa, para inisiator acara membawa spirit gamelan dan seni budaya Nusantara di dalamnya. Acara dibuka dengan Aru’ dan Tari Paduppa yang merupakan khas Bugi – Makassar. Tarian penyambutan yang menggambarkan optimisme dan patriotisme.

Disusul gamelan Bali dalam karya berjudul Purwa Pascima. Ciptaan maestro Bali, mendiang I Wayan Bratha yang kali pertama diciptakan pada 1972 tersebut dibawakan oleh para dosen dan petinggi ISI Solo yang dulunya mementaskan Gamelan Bali saat ISI Solo masih berada di kawasan Sasono Mulyo. Mereka di antaranya, Rektor, I Nyoman Sukerna, Rustopo, serta senior Blacius Subono.

Baca juga: Film Indonesia Karya Kamila Andini Menembus Festival Film Berlin

Karya kolaboratif berjudul Kurmat menjadi penanda dimulainya konser inti. Sebanyak 117 pengrawit, dan pesinden menghidupkan karya berdurasi 30 menit tersebut. Kurmat mempertemukan tujuh gamelan Nusantara yang terdiri dari Gamelan Ageng, Gamelan Sekaten, Gamelan Carabalen, Gamelan Monggang, Gamelan Kebyar Bali, Gamelan Banyuwangi, dan Tun’rung Gandrang Mangkasar.

Komposisi musik dari ketujuh gamelan tersebut digarap menjadi satu kesatuan yang epik. Pertemuan instrumen daerah itu memberikan keragaman rasa tentang gamelan Nusantara. Gending yang dipersembahkan juga tak main-main. Mereka membuat karya kompilasi pertemukan gending lawasan pada tahun 1940-an sampai sekarang.

Salah satunya Gending Dansu yang merupakan repertoar gamelan pada tahun 1942. Dansu yang berarti tari-tarian dalam Bahasa Jepang diperkirakan sering dipentaskan pada saat Jepang masih berkuasa. Ada juga karya-karya Ki Narto Sabdo dan beberapa judul anonym, serta komposisi baru hasil tafsiran para komposer pendukung acara

Baca juga: Mommy ASF Tegaskan Layangan Putus Versi Webseries Beda dengan Bukunya

Ketua Pusat Study Gamelan ISI Solo, Aton Rustandi Mulyana, mengatakan konsep pentas yang mereka garap malam itu tak sekadar merayakan musik gamelan. Namun gamelan sebagai perjalanan hidup dan kebudayaan.

Gamelan sebagai warisan kebudayaan mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang sangat tinggi. Itulah sebabnya mereka mengusung garapan kolaborasi. “Soal humanitas, penghormatan atas keragaman kehidupan. Soal nilai kemanusiaan, sosial, keselarasan, dan perdamaian. Rasa yang dibawakan dalam Kurmat ini ada kewibawaan gamelan, keagungan, dan semangat,” terang pengajar ISI Solo yang juga menjadi tim penyusunan naskah gamelan menjadi WBTB Unesco ini.

Lebih lanjut, Aton, menegaskan bahwa penetapan gamelan sebagai WBTB Indonesia oleh Unesco ini jangan sampai membuat masyarakat lalai. Tugas melestarikan gamelan harus dijalankan. Seperti yang ia presentasikan kepada Unesco, gamelan adalah prototype kehidupan yang harmoni.

Tiap unsur dari gamelan, mulai dari sejarah hingga bunyi musiknya mengandung nilai-nilai humanitas yang tinggi. “Lalu masyarakat dunia sepakat dengan itu. gamelan enggak hanya musik. Praktiknya, di beberapa tempat misalnya di Inggris, gamelan bisa jadi salah satu musik untuk medium edukasi para narapidana,” terangnya.

Modul Pembelajaran Gamelan

Gamelan Indonesia
Ketua Panitia Acara konser musik gamelan bertajuk PARAMAGANGSA, Waluyo, saat menyampaikan laporan pertanggungjawaban. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Baca juga: Kembangkan Seni Budaya, ISI Solo Gandeng Yayasan Lintas Cakrawala Raya

Setelah ini, mereka masih memiliki tugas merealisasikan delapan rencana aksi sebagai konsekuensi penetapan gamelan oleh Unesco. Di antaranya penerbitan buku modul pembelajaran, gamelan sebagai pembentukan karakter masyarakat, juga inovasi karya gamelan. Butuh dukungan semua pihak untuk mewujudkannya sebelum 2024.

Acara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) malam itu didukung Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Pusat Studi Gamelan ISI Solo, Lintas Cakrawala Raya, KPA. Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat, Teh Balap, Nuniek Suprapto, dan PT. Baskhara Sinar Sakti. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam pidatonya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov Jateng, Uswatun Hasanah, mendukung sepenuhnya konser tersebut.

Ganjar mengatakan sekarang saatnya bersama-sama ngleluri gamelan yang sudah ditetapkan oleh Unesco. Salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah yakni menggelar sejumlah event dan festival agar gaung gamelan semakin didengar. Ia juga mengajak sejumlah pihak untuk bersama-sama mendorong upaya pengembangan gamelan. “Saya termasuk orang yang perlu meyakini bahwa perlu promosi gamelan melalui event budaya. Mari jadikan gamelan sebagai wadah ekspresi seni dan penguatan identitas bangsa,” kata Ganjar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya