SOLOPOS.COM - Foto udara kendaraan melintas di Jalur Pantai Selatan (Pansela) Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (27/4/2022). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merekomendasikan pemudik untuk menggunakan jalur Pansela yang terbentang dari Bayah Banten, melalui Kebumen, Cilacap, Wonosari sampai ke Pacitan, Jawa Timur dengan jarak tempuh 1.405 kilometer. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/YU

Solopos.com, SOLO — Kawasan pesisir pantai selatan Pulau Jawa disebut sebagai zona rawan tsunami. Hal ini terjadi lantaran tingginya aktivitas kegempaan di wilayah tersebut.

Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, sempat memprakirakan gempa megathrust dengan magnitudo 8,8 berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa. Gempa besar ini dapat menyebabkan timbulnya gelombang tsunami dengan ketinggian 20 meter di sepanjang pantai tersebut.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8,” katanya pada 2019 lalu sebagaimana dikutip Solopos.com dari Antara, Selasa (12/7/2022).

Gempa dengan magnitudo cukup besar tersebut juga berpotensi menyebabkan munculnya gelombang tsunami di pesisir selatan Jawa. Berdasarkan permodelan, gelombang tsunami tersebut memiliki potensi ketinggian 20 meter dengan jarak rendaman sekitar tiga hingga empat kilometer.

Ekspedisi Mudik 2024

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini BMKG, Daryono, mengatakan bahwa wilayah selatan Jawa memang rawan gempa dan tsunami.

Baca juga : Penyebab Pesisir Selatan Pulau Jawa Rawan Gempa & Tsunami

Hal itu disebabkan keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia sebagai generator gempa kuat. Sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.
Sebagaimana diketahui, selama ini wilayah Samudra Hindia selatan Jawa sering diguncang gempa besar dengan kekuatan di atas M=7,0.

Sejarah mencatat daftar gempa besar seperti gempa Samudra Hindia tahun1863,1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006. Sementara itu tsunami Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.

Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong. “Besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada satupun orang yang tahu,” ujar Daryono seperti dikutip dari instagram resminya.

Baca juga : Kenapa Pesisir Selatan Jawa Rawan Gempa & Tsunami?

Akan tetapi, waktu pasti terjadinya bencana tersebut tidak bisa diprediksi. Oleh sebab itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau semua pihak melakukan upaya mitigasi untuk mengurangi potensi kerusakan.

Potensi gempa dan tsunami adalah hal mutlak yang menjadi risiko manusia yang tinggal di pertemuan batas lempeng. Namun, BMKG mengimbau masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir berlebihan.

Dia menegaskan bencana gempa bumi dan tsunami adalah suatu keniscayaan. Yang perlu diperhatikan adalah upaya mitigasi, khususnya dengan mengedepankan kearifan lokal. Yakni dengan cara melihat pertanda alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya