SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha Adegan saat Raden Mas Said menikah dengan Roro Rubiyah atau Raden Mas Ayu Matah Ati dalam pementasan hari ke tiga sendratari Matah Ati di Pamedan Mangkunegaran, Solo, Senin (10/9) malam. Matah Ati adalah sebuah kisah nyata tentang cinta dan perjuangan melawan penjajah di Tanah Jawa pada Abad 18.

Tak mudah membuat panggung untuk pementasan kolosal Matahati yang melibatkan ratusan penari dan berbagai efek visual yang menakjubkan. Terlebih ketika membawa konsep panggung yang awalnya indoor ke panggung outdoor. Ditambah, panggung untuk pergelaran yang menceritakan tentang konflik di tanah Jawa dengan percintaan itu disertai lambang-lambang Jawa dan Keraton Mangkunegaran.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Manajer Produksi Matah Ati, Inet Leimena, Senin (10/9/2012), mengatakan butuh waktu cukup panjang untuk membuat panggung Matah Ati. Sang penata artistik, Jay Subyakto, sebelum menggarap panggung Matah Ati, melakukan riset di Perpustakaan Mangkunegaran sejak 2008. Riset dilakukan agar menghasilkan panggung modern tanpa meninggalkan pakem.

“Mas Jay itu sangat hati-hati dalam mengkonsep panggung. Lewat panggung itu, juga diharapkan masyarakat Solo tau banyak tentang simbol-simbol yang digambarkan,” tambah Inet saat jumpa pers di Pamedan, Senin.

Lebih lanjut, menurut Inet, meski panggung Matah Ati di Solo berada di arena terbuka, konsep utama pembuatan panggung itu tetap sama dengan pementasan sebelumnya saat masih di ruangan tertutup. Beberapa hal yang tak bisa dimunculkan di panggung terbuka, disiasati dengan gerak tari, efek cahaya dan asap. Salah satu adegan tersebut adalah saat sukma RM Said harus terbang. “Di panggung outdoor kami  enggak bisa membuat adegan itu,” ujar Inet.

Konsultan Teknis Matah Ati, Toto Arto, menambahkan Matah Ati yang digarap sekitar 150 tim produksi itu menggunakan kekuatan sound sebesar 100.000 watt. Lebih dari dua kali lipat kekuatan sound saat di ruangan tertutup. Sementara, property yang digunakan untuk pementasan itu mayoritas dibawa langsung dari Jakarta dengan menggunakan sekitar 35 truck barang. Seusai pementasan pada Senin malam, menurutnya panggung bakal langsung dibongkar.

Guna menyempurnakan penampilan saat pementasan berlangsung. Setiap hari panggung Matahati selalu dibenahi oleh tim teknis. “Soalnya kemiringan panggung kadang sedikit berubah. Atau banyak triplek-triplek yang menggelembung dan paku-paku yang menonjol. Padahal malamnya penari menari tanpa alas kaki,” terang Toto dalam jumpa pers.

Ika Yuniati/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya