SOLOPOS.COM - Ketua Peguyuban Sejarawan Ngayogyakarta Chatarina Etty Sulistya (tengah) berfoto bersama para pengurus Yayasan Palapa Mendira Harja seusai sarasehan di Pendapa Sumonegaran Rumdin Bupati Sragen, Sabtu (28/1/2023) dinihari. (Istimewa/Yayasan Palapa Sragen)

Solopos.com, SRAGEN—Pangeran Mangkubumi jumeneng atau mendeklarasikan diri sebagai Sunan Kabanaran di Tanah Sukowati, tepatnya di Desa Kabanaran Tanah Sukowati sebelah timur. Tempat pelantikan Pangeran Mangkubumi sebagai Sunan Kabanaran itu ditandai dengan adanya patok atau yupa terbuat dari batu putih berukuran tinggi 143 cm.

Penjelasan itu diungkapkan Ketua Paguyuban Sejarawan Ngayogyakarta Chatarina Etty Sulistya dalam sarasehan sejarah dan budaya yang mengangkat tema Keraton Sakawati di Bhumi Sukowati, Mitos atau Fakta? Di Pendapa Sumonegaran Rumah Dinas (Rumdin) Bupati Sragen, Jumat (27/1/2023) malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sarasehan yang diinisiasi Yayasan Palapa Mendira Harja Cabang Sragen itu menghadirkan tiga narasumber. Selain Chatarina Etty Sulistya, ada dua narasumber lainnya, yakni budayawan Ngawi Suparno Padmo Kesowo dan Ketua Yayasan Sedulur Jagat Sukowati (Sejati) Sragen Agus Endarto. Sarasehan itu dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Suwardi mewakili Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Ekspedisi Mudik 2024

Desa Kabanaran itu sekarang menjadi Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. Rina menjelaskan Desa Kabanaran itu terbelah Bengawan Solo yang sekarang menjadi Desa Banaran di Sambungmacan dan Desa Kandangsapi di Kecamatan Jenar, Sragen.

“Awalnya Pangeran Mangkubumi berhasil memenangi sayembara untuk mengusir Raden Mas Said dari Tanah Sukowati dengan hadiah tanah seluas 3.000 cacah. Namun, atas desakan VOC, hadiah yang diberikan hanya 1.000 cacah. Hal itulah yang membuat Pangeran Mangkubumi marah kemudian pamit kepada Paku Buwono II yang juga kakaknya untuk meninggalkan Istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat,” jelas Rina, sapaannya.

Rina menerangkan Pangeran Mangkubumi meninggalkan istana itu bukan benci kepada PB II, tetapi kebenciannya dengan VOC. Rina melanjutkan saat keluar dari Kerton Kasunanan, Pangeran Mangkubumi diberi sangu atau bekal banyak, termasuk bekal pusaka keraton. Akhirnya, Pangeran Mangkubumi ini bergabung dengan Raden Mas (RM) Said di Tanah Sukowati.

Saat perang Mangkubumen itu, Rina menyebut ada 13.000 orang pasukan yang dimiliki Pangeran Mangkubumi sehingga layak untuk mendirikan kerajaan sendiri di Tanah Sukowati. Rina menyitir tulisannya M.C. Ricklef, seorang sejarawan Australia, bahwa ada sebutan lain untuk Sukowati, yakni Ayodyakarta yang artinya tanah kemuliaan.

“Dalam perjalanan perang itu seorang telik sandi Pengeran Mangkubumi mendapatkan kabar bahwa kekuasaan PB II diserahkan kepada VOC pada 11 Desember 1749. Begitu mendengar itu, Pangeran Mangkubumi nututi layangan pedot dengan didukung para pengikutnya, Pangeran Mangkubumi jumeneng Sunan Kabanaran pada 12 Desember 1749,” jelas dia.

Saat jumeneng itu, Rina mengatakan ada tetenger atau tanda di lokasi jumenengan Sunan Kabanaran berupa yupa terbuat dari batu putih setinggi 143 cm. Dia mengatakan yupa itu dalam konteks sekarang namanya tugu dan oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah gada setiaki.

Selain tugu itu, Rina menerangkan juga ada yoni sebagai simbol peletakan batu pertama dalam pendirian sejenis keraton untuk Sunan Kabanaran. “Setelah mendengar Pangeran Mangkubumi menjadi Sunan Kabanaran, kemudian VOC melantik Adipati Anom [putra mahkota] sebagai PB III pada 15 Desember 1749,” jelas dia.

Pangeran Mangkubumi, lanjut dia, terus melakukan perlawanan terhadap VOC hingga adanya Perjanjian Giyanti. Dia mengatakan ada pembagian tugas dalam perlawanan terhadap VOC, RM Said bergerak ke sisi timur dan Mangkubumi bergerak ke sisi barat hingga sampai Temanggung dengan basis pertahanan di lereng Gunung Sindoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya