SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pelajar SD (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SRAGEN — Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Suwardi mengharuskan siswa saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring tetap mengenakan seragam sekolah.

Kewajiban mengenakan seragam sekolah saat belajar daring itu menjadi strategi untuk mengawasi anak ketika jauh dari pantauan guru.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan Suwardi itu disampaikan saat berbincang dengan Solopos.com seusai menjadi narasumber di SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Sabtu (23/1/2021).

Suwardi mengatakan guru bisa mengetahui siswa dengan keterbatasan akses di masa pandemi dengan cara daring dan siswa harus memakai seragam sekolah meskipun berada di rumah.

Baca juga: PPKM Diperpanjang, PKL Taman Pancasila dan Alun-Alun Karanganyar Boleh Jualan Tapi ...

Dengan memakai seragam dan dipantau lewat video call, kata dia, maka aktivitas siswa di rumah bisa terpantau. Pemantauan siswa itu, ujar dia, harus dilakukan setiap hari.

“Faktanya sekarang banyak siswa yang tidak mau manut saat diperintah orang tuanya. Tetapi ketika yang memerintah itu gurunya maka langsung dilaksanakan. Saya saja sebagai Kepala Dinas memerintah cucu saya tidak diperhatikan. Tetapi begitu yang memerintah ustazahnya langsung ditaati,” ujar Suwardi sembari berkelakar.

Suwardi melihat pandemi Covid-19 ini momentum untuk mengembalikan khittah pendidikan, bahwa kewajiban mendidik anak itu dikembalikan ke orang tua. Sebelum pandemi, terang dia, pendidikan diserahkan ke guru.

PJJ Selama Pandemi Belum Maksimal

Suwardi tidak sedikit mendapat keluhan orang tua saat mendidik anaknya di saat orang tua harus bekerja. Suwardi mengakui bila PJJ yang dilaksanakan selama pandemi itu belum maksimal dengan variasi kondisi yang berbeda-beda.

Seperti variasi persoalan sumber daya manusia (SDM) gurunya, masalah posisi sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana, hingga masalah lingkungan keluarga.

“Mungkin suatu saat perlu ada semacam pendidikan daring lewat studio yang disiarkan live untuk seluruh siswa di Sragen dengan menampilkan guru terbaik,” ujarnya.

Baca juga: PPKM Diperpanjang, Pedagang Pasar Kota Sragen Minta Pembebasan Retribusi 1 Bulan

Suwardi mengatakan dalam penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) itu sebenarnya sekolah juga berdampak. Dia mengatakan selama ini pembelajaran daring itu dilakukan di sekolah kemudian dengan PPKM guru yang masuk ke sekolah hanya 25%.

“Itu kan berpengaruh, meskipun guru bisa melakukan pembelajaran dari rumah. Sebenarnya Disdikbud sudah memetakan daerah juga, ketika sewaktu-waktu ada kebijakan pembelajaran tatap muka itu siap,” ujarnya.

Terpisah, Kepala SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen Amir mengatakan Kepala Disdikbud Sragen diundang ke SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen untuk mengisi acara. Amir mengatakan acara Sabtu itu merupakan pertemuan rutin bulanan dengan orang tua siswa yang dilakukan secara daring dengan mengundang Ustaz Subki Al Bughury.

“Pertemuan itu mengambil tema Orang Tua-Guru Melihat dalam Keluarga. Orang tua sebagai guru di rumah diberi motivasi. Seusai kajian dilanjutkan dengan obrolan bermakna (Obama) dengan Pak Suwardi untuk menambah wawasan,” kata Amir.

Baca juga: Segar dan Nikmat, Ini 5 Manfaat Minum Air Kelapa Muda Bagi Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya