SOLOPOS.COM - Sriyanto alias Paijo sedang mengamati buah anggur yang ia budidaya di lahan pekarangan rumahnya di Desa Sendangijo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Rabu (23/11/2022). Paijo mulai budidaya anggue sejak pandemi covid-19 merebak di Indonesia. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI —  Pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri bagi sebagian orang, salah satunya Sriyanto alias Paijo warga Dusun Keblokan, Desa Sendangijo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

Sejak virus Corona merebak di Indonesia, Paijo kini memiliki hobi yang sekaligus menjadi usaha barunya, yaitu budi daya buah anggur.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Paijo,40, tengah memangkas daun-daun tanaman anggur ketika Solopos.com menyambangi di kebun anggur miliknya, Rabu (23/11/2022).

Kebun itu terletak persis di samping rumahnya di Dusun Keblokan. Sedikitnya 50 batang pohon anggur tertanam di tanah seluas 13 x 6 meter itu. Bukan kebun yang luas. Namun, bagi petani pemula seperti Paijo, kebun itu bak laboratorium percobaan yang bisa menghasilkan pundi-pundi cuan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Kisah Sukses Pengusaha Andong Boyolali, Untung Berlipat Berkat Pisang Cavendish

“Ini baru merintis. Skalanya belum besar. Tapi lumayan untuk pemula seperti saya ini. Saya baru dua tahun menekuni budi daya anggur. Masih belajar dan akan terus belajar. Menanam anggur itu perlu kesabaran, telaten, dan tekun. Ini tanaman yang harus disayangi,” kata Paijo.

Di lahan pekarangan itu, Paijo menanam 10 jenis buah anggur impor, di antaranya Jupiter, Ninel, Dixon, Nirina, dan Banana. Anggur-anggur itu bisa dipanen setiap lebih kurang 100 hari sekali. Jika panen serentak, dia bisa memanen sedikitnya 50 kg anggur. 

Paijo biasa menjual hasil panen secara daring melalui media sosial seperti Facebook dan Whatsapp. Menurut dia, harga jual anggur import relatif stabil, mulai Rp75.000/kg-Rp100.000/kg bergantung jenis.

Hal itu juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Paijo memilih budi daya anggur ketimbang yang lain.  Paling sedikit, Paijo bisa meraup untung Rp4 juta sekali panen serentak.

“Banyak juga buah yang dipanen kami makan sendiri. Ada rasa kepuasan sendiri kalau makan buah hasil tanam sendiri. Kebetulan istri dan dua anak saya suka sekali makan anggur,” ujar dia.

Baca Juga: Ini Spot Wisata Petik Buah di Karanganyar yang Patut Dicoba

Selain buah, Paijo juga menjual bibit-bibit tanaman anggur unggulan. Pembibitan ia lakukan secara mandiri. Paling murah, bibit anggur unggul yang ia jual seharga Rp50.000/kg. Soal bibit ini, Paijo tak main-main. Dia tidak akan menjual bibit yang tak unggul. Harga bibit bermacam-macam bergantung ukuran dan jenis bibit anggur. Bibit paling kecil dijual seharga Rp50.000-Rp300.000/batang.

“Nah, untuk bulanan, saya menjual bibit. Lumayan, meski enggak banyak, tapi bisa buat beli pulsa anak istri. Saya baru bisa menjual bibit tiap bulannya tidak lebih dari belasan batang,” ucap dia.

Sebagai pemula dalam budi daya anggur, Paijo tidak selalu berhasil memanen. Bahkan beberapa kali ia sempat ingin menyerah karena beberapa tanaman yang ia tanam mati.

Namun, hal itu urung dilakukan berkat semangat dari para pembudidaya anggur lain. Paijo bergabung di komunitas petani anggur. Itu sebagi wadah bagi Paijo untuk belajar.

“Anggur itu kan tanaman yang sebenarnya tidak suka air. Makanya kalau penghujan seperti ini, jadi rentan terkena jamur dan rentan mati. Padahal satu batang tanaman anggur itu butuh kesabaran untuk menumbuhkan dan membuahkan. Perlu perlakuan khusus. Tanaman anggur, semakin tua semakin bagus, karena semakin banyak berbuah,” kata bapak dua anak itu.

Baca Juga: Ada Wisata Petik Anggur di Agrowisata Kembang Desa Dawung Matesih, Mau?

Selain anggur, Paijo juga budi daya tanaman hias krokot dan menjual bibit berbagai tanaman buah. Semua pekerjaan itu ia lakoni tepat sejak pandemi Covid-19 merebak. Pundi-pundi uang pun sudah ia kantongi hingga puluhan juta selama hampir dua tahun terakhir. 

“Jujur saja, adanya pandemi ini malah jadi berkah bagi saya. Saya jadi punya hobi dan usaha lain. Dulu saya hanya jual keliling es doger sejak 2008. Sekarang pekerjaan itu masih saya tekuni, tapi sembari saya budi daya anggur dan tanaman lain. Khusus budidaya anggur, kalau sudah suka, cinta, mau seberat apapun tantangannya pasti tetap dirawat dijaga dengan tekun,” ucap Paijo.

Dia menambahkan usaha budi daya itu tidak akan terjadi jika Pemerintah Desa (Pemdes) Sendangijo tidak memberikan satu bibit tanaman anggur saat awal pandemi kepada warganya. Kala itu pemdes memiliki program satu rumah satu tanaman anggur untuk dikembangkan.

“Tapi, sekarang di desa sini, hanya saya yang berhasil menekuni budi daya anggur ini. Masih berlanjut terus,” imbuh dia.

Kepala Desa Sendangijo, Wagino, membenarkan hal tersebut. Paijo adalah orang yang cukup berhasil mengembangkan tanaman anggur yang bermula dari program pemdes.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya