SOLOPOS.COM - Sejumlah ibu rumah tangga (IRT) merampungkan anyaman dari limbah plastik janur di Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, Rabu (3/3/2021). Di tengah pandemi Covid-19, usaha kerajinan anyaman itu tetap berjalan lancar. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN - Munculnya pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama hampir satu tahun di Klaten ternyata tak mempengaruhi usaha kerajinan anyaman limbah plastik janur di Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, Rabu (3/3/2021).

Bukannya terpuruk, usaha kerajinan anyaman yang sudah digeluti warga selama bertahun-tahun itu tetap menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagaimana diketahui, Dukuh Bero RT 002/RW 009, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, menjadi sentra kerajinan anyaman limbah plastik janur dalam beberapa tahun terakhir. Di lokasi tersebut, sebagian besar warga memiliki home industry menganyam kerajinan limbah plastik janur menjadi barang berguna.

Hal itu seperti beronjong, vas bunga, tenggok, tempat sampah, tas belanja, dan lainnya. Harga jual setiap barang yang dihasilkan pun relatif terjangkau, yakni Rp12.000-Rp125.000 per unit.

Baca Juga: Heboh! Air Berwarna Merah Darah Muncul di Pundungrejo Sukoharjo

Salah satu perintis kerajinan anyaman limbah plastik janur di Dukuh Bero, yakni Sukindro, 45. Di waktu sebelumnya, warga di sekitarnya banyak mengandalkan bambu sebagai bahan anyaman. Dalam perkembangannya, warga memilih mengayam dari limbah plastik janur.

Limbah plastik tersebut mudah ditemui di pabrik atau pengepul di Pedan. Biasanya, limbah plastik janur itu digunakan mengikat kapas di pabrik-pabrik besar. Harga limbah plastik janur senilai Rp7.500 per kilogram.

Penggunaan limbah plastik janur ini dinilai lebih awet dan lebih kuat dibandingkan dari bambu. Tahap pembuatan anyaman dari limbah plastik janur dinilai relatif lebih cepat dibandingkan dari bambu.

"Di sini, saya sering ngajari ibu-ibu agar bisa menganyam. Saya itu tahunya menganyam juga dari orang lain. Begitu saya bisa mengayam, ilmunya saya tularkan ke ibu-ibu di sini. Istilahnya getok tular. Makanya di sini, dikenal sentra anyaman. Soalnya, sebagian besar pada bisa menganyam. Belajar menganyam itu mudah. Asal ada kemauan dan telaten, pasti bisa," kata Sukindro, 45, saat ditemui Solopos.com, di Bero, Trucuk, Rabu (3/3/2021).

Efek WFH

Hal senada dijelaskan perajin anyaman limbah plastik janur lainnya, Mistiyah, 51. Sejak beberapa tahun terakhir, dirinya selalu menyibukkan diri menganyam di rumah, termasuk saat pandemi Covid-19. Ilmu menganyam diperoleh dari Sukindro. Rata-rata, dirinya mampu membikin 10 tenggok dalam sehari. Hal itu dikerjakan mulai pukul 08.00 WIB-17.00 WIB.

"Saat muncul pandemi Covid-19 di Klaten, ibu-ibu di sini masih tetap bekerja. Soalnya, pekerjaan anyaman ini bisa dikerjakan di rumah. Di awal-awal Covid-19 itu kan disuruh pemerintah di rumah saja. Saya pun di rumah tapi tetap bisa bekerja dan menghasilkan uang," katanya.

Baca Juga: Terjadi Lagi! Overheat Picu Kebakaran Pabrik, Kali Ini di Pedan Klaten

Ibu rumah tangga (IRT) lainnya di Bero, yakni Sri Basuki, 55, mengatakan sangat mudah dalam mempelajari kerajinan anyaman. Hal terpenting, yakni sabar dan telaten.

"Karena di sini sudah dikenal sebagai sentra anyaman limbah plastik, jadinya banyak orang yang datang ke sini untuk membeli. Kami tak perlu repot-repot keluar. Banyak pembeli atau pemesan yang datang ke sini. Biasanya, pembeli di sini dari Soloraya. Ada juga yang dari luar Jawa. Pokoknya, pekerjaan ini seolah-olah tak terpengaruh pandemi Covid-19. Tapi, kami berharap virus corona segera hilang agar semuanya berjalan normal kembali," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya