SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang tunai rupiah. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA – Pandemi virus corona atau Covid-19 membuat posisi rupiah terparah sejak 1998. Rupiah kini menjadi mata uang paling sensitif terhadap sentimen global, yakni pandemi corona dan perang dagang Amerika Serikat vs China yang berlarut-larut.

Dolar AS kembali ke jalur penguatannya mendorong mata uang pasar berkembang memperpanjang pelemahannya. Ini karena investor masih melakukan aksi borong greenback di tengah kekhawatiran wabah Covid-19 akan membuat ekonomi global dalam tekanan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (23/3/2020) hingga pukul 10.58 WIB, pelemahan mata uang Asia dipimpin oleh rupiah. Rupiah yang terkoreksi 3,7 persen menjadi Rp16.550 per dolar AS, disusul oleh won yang melemah 2,56 persen menjadi 1.277,53 won per dolar AS.

Adapun, rupiah saat ini berada di level terparah sejak krisis keuangan 1998. Posisi rupiah hanya berjarak 100 poin untuk menuju level terendahnya sepanjang sejarah.

Pergerakan Mata Uang di Asia hingga pukul 10.58 WIB:

Mata Uang

Pergerakan

Rupiah

-3,7 %

Won

-2,76%

Rupee

-1,18%

Ringgit

-1,16%

Baht

-1,08%

Peso Filipina

-0,86%

Dolar Taiwan

-0,65%

Dolar Singapura

-0,49%

Yuan

-0,01%

Sumber: Bloomberg, 2020.

Di Ambang Pelemahan Ekonomi

Rupiah dan won menjadi mata uang yang paling sensitif terhadap sentimen pertumbuhan global. Pelemahan nilai tukar itu juga seiring dengan kedua negara yang semakin intensif membatasi perjalanan. Kedua negara juga memaksa masyarakatnya mengisolasi diri untuk menekan penyebaran virus corona.

Sementara itu, ringgit menurun 1,14 persen dan baht melemah 1,01 persen terhadap dolar AS setelah S&P memperingatkan pandemi corona dapat merugikan ekomoi wilayah Asia Pasifik hingga US$620 miliar.

Sedangkan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama berada di posisi 102,291, level tertinggi sejak Desember 2016.

Padahal pada perdagangan Jumat (20/3/2020), dolar AS berhasil melemah signifikan dan membuat beberapa aset berisiko lainnya sempat menguat.

Penguatan dolar AS juga tercermin dari pergerakan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor. Kurs ini merupakan referensi mata uang rupiah terhadap dolar AS yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik.

Dengan level rupiah terparah sejak 1998, ekonomi Indonesia menjadi sangat rentan. Hal ini mengingat surat-surat utang negara sebagian besar dalam bentuk dolar AS.

Berdasarkan data Bank Indonesia, hari ini, Senin (23/3/2020, kurs Jisdor bertengger di posisi Rp16.608 per dolar AS, tertinggi dalam periode tahun berjalan. Kurs Jisdor naik tajam sejak 13 Maret 2020 lalu.



Kepala Strategi Asia SEB AB Singapura Eugenia Victorino mengatakan sebagian besar aset investasi dijual untuk mencari lebih banyak greenback. Hal ini seiring dengan upaya dunia membatasi penyebaran virus corona.

“Ekonomi Korea jelas berada di garis depan pelemahan, tetapi aset Indonesia dan India kini semakin berisiko,” ujar Eugenia seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (23/3/2020).

Bergelut dengan Covid-19

Senada, Ahli Strategi Valuta Asing Senior Malayan Banking Bhd Christopher Wong mengatakan bahwa dolar AS saat ini menjadi aset safe haven. Ini karena pasar terus mencerna implikasi dari hilangnya banyak lapangan pekerjaan dan penurunan ekonomi yang berkepanjangan akibat sentimen ini.

“Rentan terhadap arus modal keluar menghantui pasar berkembang, tekanan jual aset semakin parah,” ujar Christopher.

Meski level rupiah terparah sejak 1998, pelemahan berpotensi masih berlanjut. Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa prospek pelemahan rupiah masih terbuka. Baik secara teknikal maupun fundamental.

Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, masih bergelut dengan wabah corona. Sebagian bahkan harus melakukan lockdown sehingga aktivitas ekonomi pun terganggu yang berpotensi memicu perlambatan ekonomi.

Namun demikian, kabar baik yang bisa memberikan sentimen positif bagi aset berisiko termasuk rupiah, datang dari China yang berhasil menurunkan secara drastis penyebaran virus corona dan aktivitas ekonominya mulai naik lagi.

“Meski rupiah dalam tekanan, ekonomi China yang aktif kembali bisa membantu menggerakkan ekonomi negara partnernya termasuk Indonesia dan menopang penguatan rupiah,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis.com







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya