SOLOPOS.COM - Pengunjung melintas di depan karya seni Wedha's Pop Art Portrait (WPAP) yang dipamerkan di Balai Soedjatmoko, Solo, Rabu (5/3/2014). Dalam pameran tersebut, Komunitas WPAP Chapter Solo mengambil tema Culture: Colorful Visit yang menghadirkan menu klasik Wayang Orang. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Di tangan Komunitas Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP) Chapter Soloraya, wajah dokumentasi pertunjukan kesenian wayang orang berganti rupa. Kesan klasik dan kuno yang biasanya lekat dengan kesenian tradisional ini bertransformasi menjadi karya rupa grafis yang tampil dengan warna pop yang cerah dan segar.

Sebanyak 25 karya bertema wayang orang garapan perupa WPAP Chapter Soloraya, Malang, Serang, Jogja, Makassar, dan Bandung dipamerkan di Balai Soedjatmoko Solo, Sabtu-Jumat (1-7/3/2014). Pameran bertajuk Culture: Colorful Visit ini menjadi sarana ziarah budaya yang direspons perupa dengan pendekatan gaya kreasi ilustrator Wedha Abdul Rasyid.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satunya terlihat dari karya berjudul Antasena-Birma besutan Beny Dirgantara, 21. Dalam karya cetak digital berukuran 110 cm x 90 cm ini potret realisme dua tokoh wayang orang ini hilang. Garis-garis tegas yang membentuk objek berganti dengan bidang-bidang bergaya kubisme. Tak ada kurva (garis lengkung) yang membentuk gambar ini.

Permainan grafis dengan mengolah bidang dengan garis lurus warna-warni hingga membentuk wajah tanpa garis lengkung inilah yang membuat perupa muda Beny tertarik bergabung dengan WPAP. Karya yang digarap dengan peranti lunak grafis ini dibuat dari materi foto.

Sebelumnya, Beny bersama anggota WPAP Chapter Soloraya terlebih dulu menonton bersama pertunjukan wayang di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Kemudian mahasiswa semester akhir Jurusan Komputerisasi Akuntansi Amikom Solo ini kebagian satu foto yang ia olah digital. “Prosesnya hampir lima hari saya garap. Setelah itu saya konsultasikan dengan komunitas,” terang Beny, saat berbincang dengan Solopos.com, di ruang pamer tersebut, Rabu (5/3/2014).

Anggota WPAP yang bergabung pada Agustus lalu ini mengungkapkan tema wayang sengaja dipilih dalam peringatan satu tahun usia komunitasnya. “Wayang orang ini menjadi bagian dari budaya dan identitas yang ada di Solo. Tema ini kami tetapkan sebagai tanda hari jadi kami pertama,” katanya.

Anggota WPAP Chapter Soloraya lain yang ikut sumbang karya dalam pameran ini, M. Hudha Muttaqin, 19, mengungkapkan dirinya tertarik berkarya di jalur WPAP sebagai upaya mengembangkan kreativitasnya. “Agustus lalu saya niat gabung di WPAP untuk belajar. Karya yang saya pamerkan ini digarap selama dua hari. Setelah itu kami komunikasikan dengan anggota lain dan dikirimkan ke kurator WPAP di Jakarta,” beber lelaki yang akrab disapa Udha ini.

Wayang orang bergaya ngepop yang dipamerkan di ruang budaya Kota Solo ini cukup menarik perhatian pengunjung. Salah satunya, Bernadus Wisnu, 46. Akademisi dari Universitas Sanata Darma Jogja ini terkesan dengan gerakan anak-anak muda yang tak alergi dengan kesenian tradisi.

“Luar biasa banget lihat karya anak-anak ini. Di era anak muda yang mulai luntur budayanya, ternyata masih ada yang peduli. Dengan gaya mereka sendiri, wayang bisa tampil mengikuti perkembangan. Semoga bisa menggugah anak muda lain yang sering menganggap wayang itu kolot,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya