SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat salah satu lukisan dalam pameran bertajuk Gumbregah yang digelar di Tembi Rumah Budaya, Senin (17/11/2014). (Harian Jogja/Arief Junianto)

Harianjogja.com, JOGJA- “Lali sumber katiwasan”. Petikan kalimat dari bait terakhir gendhing enthik-enthik yang biasa dimainkan oleh dalang Ki Nartosabdo dalam setiap pertunjukan wayang itu menjadi titik awal bagi perupa Budiono Kampret dalam berpameran.

Dalam pameran bertajuk Gumbregah yang digelar di Tembi Rumah Budaya mulai 14-19 November 2014, kalimat itu dimaknainya sebagai bentuk pencitraan atas apa yang melanda masyarakat saat ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Melalui karya-karyanya yang bersifat abstrak namun tetap menampilkan objek berupa sosok manusia, Budiono berupaya membaca kalimat tersebut melalui insting kesenimanannya.

Perupa asal Ngawi itu menerjemahkan kalimat itu sebagai sebuah bentuk kealpaan manusia akan asal usulnya yang nantinya bisa mengarah pada keniscayaan terjadinya bencana dan malapetaka. Tajuk Gumbregah yang dipilih didasarkan atas dasar pemaknaannya terhadap kealpaan itu.

Menurut Budiono, kealpaan selalu bisa digali, dilihat, dan dikritisi. Dengan demikian, perspektif dan multi-interpretasi akan selalu terbuka lebar. Dengan begitu, ia berharap bisa terus menciptakan iklim kontemplatif.

Dalam pamerannya, Budiono mencoba mengeksplorasi subjek-subjek pewayangan yang berasal dari epos Ramayana yang ada pada panel-panel relief di Candi Prambanan.

Tak hanya itu, Budiono melakukan eksplorasi dengan tidak hanya menggunakan medium konvensional. Dia melakukannya dengan medium charcoal (arang) dari beragam jenis kayu yang dipadukan dengan medium konvensional macam cat akrilik, pastel, dan selembar kain kanvas.

Berbagai tokoh yang dihadirkan Budiono menghadirkan sebuah ruang perenungan yang sangat luas. Uniknya, Budiono sengaja meniadakan proses kurasi dengan harapan memberikan ruang seluas-luasnya terhadap pembacaan karya-karyanya.

Baginya, prinsip panduan hidup orang Jawa pada dasarnya bertolak pada konsep keselarasan. Dari epos-epos tersebutlah, prinsip dan konsep keselarasan itu kerap diajarkan.

Oleh karena itulah, melalui Gumbregah, dirinya bermaksud untuk menghidupkan kembali panduan hidup orang Jawa itu.

“Sekaligus juga ingin mengingatkan bahwa kealpaan itu pada dasarnya akan mengganggu kejiwaan seseorang dan tatanan sosial. Saya kira nasihat Ronggowarsito eling lan waspada, menjadi titik terdalam untuk selalu mawas diri,” kata Budiono kepada wartawan, Minggu (16/11/2014).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya