SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat pameran karya seni rupa dengan tema Searching of Memory di Balai Soejatmoko, Solo, Selasa (10/6/2014). Pameran tersebut merupakan karya 11 alumnus dan mahasiswa ISI Solo dengan karya berupa mixed media, drawing, lukisan, dan patung. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sebelas pelaku seni alumnus Kriya Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Solo pamer karya di Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah, Senin-Sabtu (9-14/6/2014). Ajang itu bagaikan reuni setelah mereka lama tak bersua dan berkumpul dalam wadah yang sama sebagaimana biasa mereka lakoni semasa kuliah.

Pada usia yang tak lagi muda, sebelas pelaku seni tersebut membuktikan kembali eksistensi mereka melalui berbagai karya seperti mixed media, drawing, lukisan hingga patung sebesar manusia. Karya-karya seni rupa itu mereka suguhkan di hadapan publik dalam pameran bertajuk Searcing Of Memory #1.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Walaupun bersumber dari pengalaman pribadi masing-masing seniman, mayoritas karya seni yang kali pertama dipamerkan tersebut berkiblat pada Epos Ramayana dan Mahabarata. Karya milik Rudi misalnya, merupakan karya mix media yang berbentuk seperti relief berbahan kayu bertajuk Karna Tanding dengan ukuran 135 cm x 300 cm x 20 cm. Alumni Kriya Seni ISI Solo tahun 2014, M. Cholim Pamungkas, juga membeberkan kisah tentang Karna Tanding, namun dengan media yang lain, yakni lukis kaca. Sementara Sigit Pamungkas, menyuguhkan patung berbahan tembaga berjudul Power of Naga Sasra yang dilengkapi dengan beberapa keris kecil berbahan kuningan.

Ekspedisi Mudik 2024

Cholim saat ditemui Solopos.com, di sela-sela pameran, Selasa, menyatakan tak mudah membuat kembali karya bernilai tinggi di usia yang tak lagi muda seperti saat ini. Apalagi selepas lulus dari bangku perkuliahan, masing-masing dari mereka disibukkan dengan beragam aktivitas yang tak semua selaras dengan kesenian.

Ajang perkumpulan karya seperti ini, menurutnya, penting untuk menumbuhkan kembali semangat berkesenian. Selain itu, ajang ini juga menjadi tempat untuk memaksa diri agar kembali mengembangkan potensi. “Kami [11 peserta pameran] sering bertemu sekadar ngobrol. Namun kali ini, pertemuan dengan media dan tujuan berbeda, berupa pameran. Ini wadah yang bagus untuk memaksa kami kembali membuat karya agar apa yang ditekuni dulu tak hilang,” ungkap Cholim.

Ketua panitia pameran, Briasanda Aspagura Selain, menambahkan selain sebagai wadah berkesenian, pameran bersama alumni Kriya Seni ISI Solo ini merupakan media komunikasi dan tempat saling memahami. Pengalaman-pengalaman tentang kebahagiaan, kekalahan, kesedihan serta ketakberdayaan yang dituangkan dalam karya menjadi cerminan hati masing-masing seniman. Lewat curhat seni tersebut, mereka berharap bisa belajar saling memahami antaralumni.

Menurut Briasanda, pameran ini juga sebagai bentuk pembuktian bahwa berkesenian itu tak lekang oleh waktu. Meski telah lama lepas dari almamater ISI Solo, darah seni yang telah mereka bentuk sejak kuliah tak pernah mati. Hanya butuh sedikit umpan agar mereka kembali bergairah menciptakan karya-karya besar hingga tua nanti. “Juga sebagai contoh bagi adik-adik mahasiswa bahwa kami yang sudah alumni masih berkarya. Sebagai mahasiswa, mereka harus lebih semangat dari kami,” tegasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya