SOLOPOS.COM - Seorang panitia menunjukkan kitab yang menjadi pedoman umat Islam dalam pameran kitab suci di Gedung Sukasari, kompleks Katedral Sub Tutela Maris, Keuskupan Agung Semarang, Jl. Dr. Sutomo, Kota Semarang, Minggu (10/12/2017). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Pameran kitab suci dari berbagai agama digelar di Gedung Sukasari, kompleks Katedral Sub Tutela Matris, Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Berbagai cara dilakukan tokoh-tokoh agama di Kota Semarang untuk menjaga kerukunan umat. Salah satunya melalui acara pameran kitab suci yang digelar di Gedung Sukasari, kompleks Katedral Sub Tutela Maris, Keuskupan Agung Semarang, Jl. Dr. Sutomo.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Pameran yang digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (9-10/12/2017), itu menampilkan enam kitab suci dari berbagai agama yang ada di Indonesia. Acara ini juga turut menghadirkan tujuh tokoh agama yang ada di Semarang seperti Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu, dan aliran penghayat.

Ekspedisi Mudik 2024

Salah satu panitia, Rama Luhur, dari Keuskupan Agung Semarang, mengatakan pameran tersebut digelar dengan maksud menunjukkan kepada masyarakat bahwa Semarang merupakan kota yang penuh dengan kasih sayang. Selain itu, pameran tersebut juga merupakan media berkumpulnya para tokoh lintas agama di Semarang.

“Kami ingin srawung sekaligus mengenal kitab-kitab suci dari agama lain. Sebagai umat beragama, tentu kita memiliki kitab suci yang mengandung ajaran yang berbeda-beda. Inilah nilai-nilai yang kami perkuat untuk saling bertukar pikiran,” ujar Rama Luhur saat dijumpai Semarangpos.com di sela pameran, Minggu (10/12/2017).

Pameran kitab suci.

Seorang panitia menunjukkan kitab yang menjadi pedoman umat Islam dalam pameran kitab suci di Gedung Sukasari, kompleks Katedral Sub Tutela Maris, Keuskupan Agung Semarang, Jl. Dr. Sutomo, Kota Semarang, Minggu (10/12/2017). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Rama Luhur menyebutkan tiap kitab suci mengandung kekayaan ilmu tafsir. Dengan berkunjung ke pameran itu, pengunjung pun bisa mengenal dan mempelajari penafsiran kitab-kitab suci yang ada, baik Alquran milik umat Islam, kitab Weda milik umat Hindu, Tripitaka milik pemeluk agama Buddha, Injil milk umat Katolik dan Kristen, maupun Si Shu yang menjadi kitab pedoman umat Konghucu.

Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Cabang Semarang, Jihao Sheng Siswoyo, mengaku adanya pameran enam kitab suci ini bisa mempererat tali persaudaraan. Sebagai penganut Konghucu, dirinya selama ini berpedoman pada kitab Si Shu yang merupakan kumpulan empat jenis kitab yang berisi ajaran-ajaran Konghucu.

“Yang pertama memuat tafsir Thai Hak tentang pembinaan diri, Tong Yong tentang keimanan dan teologi, Lun Gi tentang sabda-sabda nabi, dan Bing Cu yang menguraikan penegakan agama,” terang Siswoyo.

Salah satu pengunjung, Rubait Burhan Hudaya, mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, merasa senang bisa berkunjung ke pameran tersebut. Ia mengaku menjadi lebih tahu tentang agama lain dan kian mempertebal keimanannya.

“Kami jadi tahu bila semua agama itu mengajarkan kebaikan. Tidak ada permusuhan dan kami adalah satu saudara,” tutur Rubait.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya