SOLOPOS.COM - Pengunjung mengamati karya foto pada pameran foto Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo hingga PON XX di Papua bertajuk ResPONs di Monumen Pers Nasional, Solo, Rabu (13/10/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 13 kali dentuman meriam menandai pembukaan ajang olahraga nasional perdana di Stadion Sriwedari, Solo, 9 September 1948.

Sesaat kemudian, bendera Pekan Olahraga Nasional (PON) dikibarkan. Setelah sehari sebelumnya dibawa secara estafet dari Yogyakarta menuju Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Indonesia masih berusia tiga tahun saat itu. Ajang olahraga tingkat nasional ini digelar sebagai pernyataan kepada dunia bahwa Indonesia negara yang bersatu dan berdaulat.

PON menjadi penebusan karena para atlet bangsa tak bisa berlaga Olimpiade ke-14 di London.

Baca Juga: Mustakim Bertanding di Final PON Papua, Orang Tua di Klaten Deg-Degan

Stadion Sriwedari dipilih karena dianggap cukup lengkap dengan lintasan atletik, kolam renang, dan penerangan.

Momen penting yang menjadi penanda Hari Olahraga Nasional (Haornas) itu terekam jelas dalam dokumentasi foto yang sekarang tersimpan baik di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Lebih dari tujuh dekade, arsip yang menjadi saksi sejarah olahraga Indonesia ini dibawa kembali ke Kota Bengawan.

Lewat pameran bertajuk ResPONs yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Antara bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan Arsip Nasional Republik Indonesia, di Monumen Pers Solo, Selasa (12/10/2021) – Kamis (21/10/2021).

Baca Juga: Bikin Bangga! Atlet Panjat Tebing Jateng Raih Emas PON Papua

Pameran ini juga menghadirkan kembali imaji-imaji cuplikan perhelatan panjang penyelenggaraan PON dari masa ke masa. Mulai PON I hingga XX yang sekarang masih berlangsung di Papua.

Total ada 121 foto dan dua arsip penting dalam pameran tersebut. Sebanyak 21 foto merupakan koleksi Perpustakaan Nasional, enam foto dan dua foto koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, dan sebanyak 94 lainnya dari Kantor Berita Antara.

Mereka merangkai dokumentasi bersejarah tersebut berdasarkan urutan linimasa. Sang Kurator, Ismar Patrizki, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (14/10/2021), berharap pameran tersebut memantik kembali semangat persatuan dan menjunjung tinggi kedaulatan bangsa sebagaimana yang berkobar ketika PON I berlangsung 73 tahun silam.

Baca Juga: Tim Atletik Putri Jawa Tengah Pecahkan Rekor PON

Pameran diselenggarakan bertepatan dengan PON XX saat pandemi di Papua. Tujuannya turut memeriahkan sekaligus mengingatkan ihwal keberagaman bangsa Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke.

Fotografi

Kumpulan foto yang dipamerkan bermacam-macam. Mulai dari aksi, seremonial, hingga pelaksanaan olahraga. Bukan hanya menjelaskan tentang perjalanan kompetisi, acara ini juga bisa jadi arsip penting perjalanan fotografi tanah air.

Ismar menyebut teknis pengambilan gambar yang berawal dari kamera dengan film, film black and white, film warna, sampai pada level digital seperti sekarang. Soal alat fotografi tersebut bisa dilihat dari hasil fotonya.

Baca Juga: 83 Orang di PON Papua Positif Corona, Begini Penjelasan Satgas Covid-19

PON I – XIII masih berkutat pada kamera film hitam putih. Selanjutnya PON XIV mulai menggunakan kamera film berwarna. Terakhir yakni pada PON XVI sudah menggunakan alat digital.

“Untuk foto yang PON pertama kami cukup sulit menemukan arsipnya. PON IV bahkan hanya menemukan tiga gambar. Sementara pas era digital pada PON XIV seterusnya malah terima banyak koleksi foto. Kami pilih angle yang paling estetik,” terang Ismar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya