SOLOPOS.COM - Pelukis Guh S. Mana (kanan) beraksi dalam action painting terbarunya. Kali ini, Guh menghadirkan persembahan untuk ayahnya melalui Transire, Horizontal Vertical, Senin (7/9/2015) malam, di Food Garden Solo Paragon Mall. (Ayu Abriyani K.P./JIBI/Solopos)

Pameran lukisan Guh S. Mana digelar di Solo Paragon Mall.

Solopos.com, SOLO – Pelukis ternama asal Solo, Guh S. Mana, kembali beraksi dengan action painting-nya. Guh menghadirkan persembahan terakhir untuk sang ayah melalui Transire, Horizontal Vertical, Senin (7/9/2015) malam, di Food Garden Solo Paragon Mall.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tema itu dipilihnya karena selama ini karya-karya yang ia buat berwujud vertical horizontal yang menggambarkan keselarasan hubungan antara humanis dan spiritual.

Action painting itu diawali dengan pertunjukan Guh melukis di sebuah kanvas seukuran baliho dengan cat warna hitam dan putih. Di bawah kanvas itu ada tiga papan dari seng sebesar spanduk untuk menaruh cat.

Di sekeliling tempat itu ada taburan bunga mawar putih. Lagu instrumental yang mengiringi aksi Guh membuat suasana semakin hening.

Para penonton dan pengunjung Solo Paragon Mall terpaku melihat aksi Guh yang berlumuran cat warna hitam dan putih. Dengan tubuhnya itu, ia menunjukkan aksi teaterikal sambil melukis di kanvas.

Aksinya pun ditutup dengan delapan orang laki-laki yang mengenakan kaus berwarna hitam yang kemudian di punggung mereka ditulis huruf-huruf oleh Guh dengan cat putih yang menjadi kata Transire.

Tak beberapa lama, seorang laki-laki yang mengenakan kostum burung seperti kostum Solo Batik Carnival (SBC) menghampiri Guh sambil membawa lukisan. Lukisan itu adalah milik ayah Guh, Hendra Pamudja.

Bersamaan dengan teaterikal itu, juga dibuka pameran berisi sejumlah lukisan Guh di ruangan setengah lingkaran di belakang lokasi pertunjukan.

Guh menyatakan Transire merupakan perwujudan rasa cinta dan penghormatan terakhirnya kepada sang ayah yang meninggal dunia belum lama ini. Melalui pertunjukan itu, Guh ingin memberikan sesuatu yang berbeda yang diwujudkan dalam karya seni.

“Selain bentuk penghormatan terakhir, painting exhibition dan action painting ini saya buat untuk memperingati hari ulang tahun ayah pada 7 September,” katanya saat ditemui wartawan seusai pertunjukan, Senin.

Guh menambahkan Transire merupakan bentuk ekspresinya meluapkan rasa rindu kepada sang ayah, sosok yang mengenalkannya sebagai seorang pelukis.

Ia bisa jatuh cinta dengan dunia seni lukis berkat ayahnya. “Meskipun ayah tidak memaksa saya untuk menjadi pelukis, dari kecil saya terbiasa melihat ayah melukis sehingga lama-lama saya cinta dengan seni,” tutur dia.

Untuk memperkuat memori kebersamaannya dengan sang ayah, Guh juga menyertakan lukisan ayahnya dalam painting exhibition dan action painting-nya. Ia juga mengajak salah satu komunitas motor gede di Solo karena ayahnya penggemar motor Harley Davidson.

Beberapa lukisan yang dipamerkan berupa karyanya dari kapsul obat milik ayahnya, dari potongan kayu, dan kain perban.

Menurut salah satu penonton, Agus, hal yang menarik dalam penampilan Guh S. Mana adalah aksinya dalam melukis.

“Lukisannya memang unik. Tapi, yang lebih unik adalah aksi teaterikalnya karena tidak semua pelukis berani tampil semacam itu apalagi seluruh tubuhnya berlumuran cat,” katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya