SOLOPOS.COM - Pengunjung mengamati sejumlah karya seni rupa yang dipamerkan di Balai Soedjatmoko, Rabu (15/8/2013) . Pameran bertajuk Kotak Hitam yang diikuti mahasiswa dan alumni Jurusan Seni Rupa dan Desain ISI Solo ini berlangsung Rabu-Senin (14-19/8/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

 Pengunjung mengamati sejumlah karya seni rupa yang dipamerkan di Balai Soedjatmoko, Rabu (15/8/2013) . Pameran bertajuk Kotak Hitam yang diikuti mahasiswa dan alumni Jurusan Seni Rupa dan Desain ISI Solo ini berlangsung Rabu-Senin (14-19/8/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)


Pengunjung mengamati sejumlah karya seni rupa yang dipamerkan di Balai Soedjatmoko, Rabu (15/8/2013) . Pameran bertajuk Kotak Hitam yang diikuti mahasiswa dan alumni Jurusan Seni Rupa dan Desain ISI Solo ini berlangsung Rabu-Senin (14-19/8/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Roket dengan garis tengah 33 centimeter dan panjang dua meter tertancap di lantai ruang pamer Balai Soedjatmoko,  Solo, Rabu (15/8/2013) malam. Di sekeliling hantaman roket tersebut, sempalan batu, remah tanah dan keris berukuran mini yang terbuat dari kuningan tampak berserakan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemandangan tak lazim ini mengundang perhatian dari seratusan pengunjung yang menghadiri pembukaan pameran seni rupa Kotak Hitam malam itu. Dahi pengunjung kembali dibuat berkerut saat mendekati bagian tubuh roket yang terbuat dari alumunium tersebut.  Tubuh roket karya instalasi Sigit Pamungkas ini dipenuhi dengan rajah yang dietsa dalam aksara Jawa yang sarat makna.

Ekspedisi Mudik 2024

Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji . Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake,” tulisnya.

Karya instalasi berjudul Keris Not An Ordinary Weapon, kali pertama digagas Sigit, saat dirinya menyaksikan konflik Korea Utara dan Korea Selatan yang memanas beberapa saat yang lalu. Lulusan Kriya Logam, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Solo 2012 lalu ini merasa gerah melihat arogansi adu senjata yang ditunjukan dua negara satu rumpun tersebut.

“Roket selalu dijadikan alat pembunuh yang erat hubungannya dengan kekuasaan sebuah negara. Ironi ini saya coba bandingkan dengan keris. Senjata asli Indonesia yang pada awalnya menjadi senjata, tapi seiring berjalannya waktu menjadi simbol perdamaian. Motif, pamor dan bentuk keris tidak ada yang maknanya jelek,” terang Sigit di sela-sela pembukaan pameran.

Selain Sigit, sembilan perupa yang terdiri dari mahasiswa tingkat akhir dan alumni Jurusan Seni Rupa dan Desain ISI Solo turut meramaikan gelar karya yang berlangsung berlangsung Rabu-Senin (14-19/8/2012) ini.

Perupa yang tergabung dalam pameran bersama ini antara lain Arif Fiyanto, Ah Nasier, Anton Afganial, Arisno, Ariyanto, Aris Necher, Hasan, Rio, Sigit dan Tri Wahyudi.  Sedikitnya 20 karya seni lukis dan dua karya instalasi dipamerkan dalam gelaran ini.

Sementara Panitia Pameran Seni Rupa Kotak Hitam, Arif Fiyanto, mengutarakan pameran reuni anak ISI Solo ini berupaya menelanjangi kepribadian perupa lewat karyanya.

“Kalau di dunia penerbangan, kotak hitam mengungkap misteri jatuhnya pesawat. Kami menganggap masing-masing perupa juga punya kotak hitam yang ingin diungkapkan lewat karyanya. Ada yang berisi kegelisahan, cinta, cita-cita yang kita respon dalam bentuk seni visual,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya