SOLOPOS.COM - Tim SAR gabungan melakukan proses pencarian korban di jalur material guguran awan panas Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal hingga Rabu pukul 10.30 WIB hari ini berjumlah 41 orang dan 12 orang dalam proses pencarian. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/YU

Solopos.com, LUMAJANG — Pakar vulkanologi, Surono, memastikan bencana yang menewaskan puluhan warga di lereng Gunung Semeru di Lumajang bukan karena erupsi atau letusan gunung tertinggi di Jawa Timur tersebut.

Lahar panas yang menerjang kawasan Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo adalah guguran kubah lava.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Erupsi yang terjadi di Semeru, kata dia, terjadi terus menerus dalam skala kecil dan membentuk kubah lava di sekitar puncak gunung.

“Bencana yang terjadi di Semeru itu bukan erupsi. Karakter erupsi Semeru berupa material pijar dan debu hanya terjadi di sekitar kawah untuk membentuk tubuh gunung sehingga tinggi dan besar. Materialnya tidak ke mana-mana, hanya di sekitar puncak,” katanya seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube KompasTV, Jumat (10/12/2021).

Di saat yang sama, lanjut Surono, Gunung Semeru mengeluarkan lava terus menerus yang membentuk kubah lava yang semakin besar dan tidak stabil.

Karena kondisi kubah lava yang sangat besar itu ditambah hujan yang turun terus menerus akhirnya terjadi longsor yang membawa lava panas.

“Di manapun longsor itu pemicunya adalah curah hujan, maka kubah itu longsor. Kubah itu kumpulan lava yang sudah membeku tapi di dlaamnya masih ada yang cair dan gasnya kaya, maka begitu dia longsor maka meluncurlah ke bawah membentuk guguran awan panas guguran dan itu yang paling bahaya,” ujarnya.

Baca Juga: Terpendam 3 Hari, Mobil Tim SAR UNS Tak Bisa Diperbaiki 

Ia menyebutkan, dengan karakter gunung yang seperti itu sebenarnya arah guguran lava panas bisa diprediksi sejak awal.

Lereng gunung sisi selatan yang masuk wilayah Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro adalah wilayah yang pasti terkena dampak awan panas Semeru.

“Ke mana saja (arah luncuran awan panas)? Ya ke arah Pronojiwo. Inilah peta yang dibiayai APBN. Dari dulu ya kawasan itu rawan bencana, jadi bukan karena kena bencana kemudian direlokasi,” ujarnya.

Sejak menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dirinya sudah mengusulkan agar dua kawasan itu dikosongkan dari hunian karen masuk zona merah bencana.

“Sejak dulu itu wilayah rawan bencana karena karakter gunung itu. Saya sudah berharap (tidak ada hunian) dari dulu. Nanti setelah ini apakah akan kena lagi? Sudah pasti kena lagi, hanya waktunya saja,” tegas pria yang kerap disapa Mbah Rono itu.

Bencana Gunung Semeru merenggut puluhan korban jiwa dan belasan lainnya masih hilang. Hingga Kamis (9/12/2021) jumlah korban meninggal tercatat 43 orang. Ribuan orang lainnya masih mengungsi di sejumlah tempat yang aman.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya