SOLOPOS.COM - Kegiatan outbound di Sungai Sempor, Turi, Sleman. (dukuhsempor.wordpress.com)

Solopos.com, SOLO — Kegiatan susur sungai yang dilakukan siswa SMPN 1 Turi, Sleman di Sungai Sempor menjadi pehatian karena menelan tujuh korban jiwa.

Pakar Manajemen Sungai dari UGM Yogyakarta Agus Maryono mengatakan bencana banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Tanah Air sebenarnya bisa dicegah dan dikurangi dengan cara melakukan gerakan susur sungai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gerakan ini menurutnya harus melibatkan semua pihak termasuk unsur masyarakat untuk mengetahui kondisi hulu sungai apabila terjadi sumbatan. Pernyataan Agus ini disampaikan sekitar satu pekan sebelum tragedi yang menimpa siswa SMPN 1 Turi di Sungai Sempor.

Ekspedisi Mudik 2024

”Banjir bandang bisa dicegah dengan gerakan susur sungai serta memberdayakan masyarakat,” kata Agus Maryono dalam bincang-bincang dengan wartawan, Jumat (14/2/2020), sebagaimana dikutip dari laman resmi UGM Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020).

Menurut Agus Maryono, gerakan susur sungai bukan sekadar menengok keadaan kondisi sekitar sungai melainkan melakukan kegiatan bersih sungai dari timbunan kayu, sampah dan longsor di tebing sungai. Sebab, sebagian besar penyebab banjir bandang dikarenakan adanya sumbatan di daerah hulu sungai. “Sekitar 90 persen karena sumbatan,” katanya.

Heboh Eksekusi Rumah Wakaf Al-Qur’an Di Solo, Begini Klarifikasi Polresta

Gerakan susur sungai menurutnya tidak hanya mengantisipasi terjadinya bencana banjir bandang, namun memberikan dampak positif lainnya bagi masyarakat dan pemerintah.

Dia menyatakan dengan menyusuri sungai akan diketahui potensi sungai di daerah masing-masing dari temuan sumber mata air baru, sumber listrik, potensi objek wisata hingga mengetahui ada tidaknya sumber bahan baku galian tambang.

”Setelah susur sungai biasanya didiskusikan dan masyarakat akan bisa paham tentang potensi sungai. Sekarang banyak daerah yang punya sungai tapi tidak paham potensinya,” katanya.

Warga Mojosongo Solo Dikeroyok 5 Orang Gara-Gara Dikira Pesilat Gadungan

Gerakan susur sungai, menurut Agus Maryono, setidaknya melibatkan pihak perangkat desa, TNI, BPBD hingga anggota pemuda setempat. Selanjutnya dalam pelaksanaannya juga dilakukan pemetaan hingga kegiatan bersih sungai dengan menggunakan alat pemotong gergaji mesin hingga alat untuk membersihkan longsoran tanah serta tali tambang untuk mengikat dan menarik tumpukan kayu ke pinggir.

Dia mencontohkan beberapa daerah yang berhasil melakukan gerakan susur sungai yang menjadikan area sepanjang sungai menjadi bersih sekaligus menjadi lokasi objek wisata dan rekreasi yakni sungai Batu Bulan di Ambon dan Kali Pusur di Klaten.

”Sungai di sana menjadi bersih dan jadi lokasi objek wisata baru. Sekali lagi, gerakan susur sungai cegah banjir bandang dan meningkat kesejahteraan ekonomi masyarakat,” kata dia.

Jadi Preseden Buruk

Agus Maryono UGM
Pakar manajemen sungai dari UGM Agus Maryono (ugm.ac.id)

Setelah tragedi di Sungai Sempor yang melibatkan siswa SMPN 1 Turi terjadi, Agus menyatakan peristiwa itu menjadi preseden buruk bagi kegiatan susur sungai karena dilakukan dengan tidak mempertimbangkan banyak hal.

”Aduh, ini konyol, saya sangat sangat sedih sekali, mengapa ini bisa terjadi, susur sungai dilakukan anak-anak, ini menjadi preseden buruk bagi susur sungai,” ucapnya sembari menghela napas panjang di ujung telepon, Jumat (21/2/2020) malam.

Dia mengatakan kegiatan susur sungai ada standarnya, antara lain tidak boleh dilakukan anak hingga remaja dan hanya boleh dilakukan oleh kalangan profesional seperti TNI atau anggota mapala.

Pasutri Gagalkan Aksi Perampokan Apotek Di Sukoharjo

Selain itu, susur sungai tidak dilakukan di dalam area sungai, tetapi hanya memantau di luar sungai kemudian melakukan penanganan ketika ada sesuatu yang perlu menjadi catatan.

Dia menyatakan susur sungai tidak boleh dilakukan di saat musim hujan sehingga pelaksanaan harus dilakukan di musim kemarau. Jika pun ada yang ingin melakukan di musim hujan, harus dilakukan oleh kalangan profesional.

Selain itu harus dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti helm dan pelampung, serta berbagai alat lapangan lainnya. “Meskipun itu di sungai kecil, tetap harus sesuai prosedur, karena sungai kecil itu justru malah lebih berbahaya, aliran air bisa tiba-tiba besar,” katanya.

Alumnus Institute fuer Wasserwirtschaft, Hydarulik und Rural Engineering (Jurusan Manajemen Sumber Daya Air, Hidraulika dan Irigasi) University of Karlsruhe, Jerman itu meyakini pengetahuan soal susur sungai ini tidak diketahui oleh penyelenggara kegiatan di SMPN 1 Turi.

Viral! Bocah SD Di Jogja Dipukul Kakak Kelas Hingga Usus Bernanah

Faktanya anak-anak justru diajak masuk sungai di saat musim hujan dan tanpa perlengkapan yang memadai. “Kalau niatnya mau kerja bakti harus ada orang yang di atas untuk memantau, waduh, musim hujan ngapain juga, musim hujan kan sampah juga sudah tidak ada,” ujarnya.

Dia meminta kepada berbagai pihak terutama dinas terkait agar membuat standar operasional prosedur (SOP) kegiatan lapangan bagi para pelajar, bahwa susur sungai tidak boleh dilakukan pelajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya