SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona atau covid-19 (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Pakar matematika UNS Solo memprediksi puncak infeksi virus corona di Indonesia terjadi pada pertengahan Mei 2020. Berdasarkan hasil analisisnya wabah corona di Indonesia bakal berhenti pada 10 Juni 2020, tetapi bergantung dengan kebijakan pemerintah.

Dosen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS Solo, Sutanto Sastraredja, mengatakan akhir wabah corona di Indonesia bergantung kebijakan yang diambil pemerintah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia memaparkan secara matematis dinamika populasi Covid-19 dengan model SIQR. Penjelasan model ini adalah Susceptible (S) digambarkan sebagai orang yang sehat yang rentan terinfeksi. Infected (I) sebagai individu yang terinfeksi, Quarantine (Q) sebagai proses karantina. Dan Recovery (R) adalah orang yang telah sembuh dari Covid-19.

Ini Resep Bubur Ketan Hitam Pengusir Wabah Corona Ala Mahamenteri Keraton Solo

Hasil analisis prediksi wabah corona di Indonesia diambil dari data mulai 2 Maret 2020. Kala itulah pemerintah Indonesia mengumumkan dua kasus pertama orang terjangkit Covid-19 di Indonesia.

"Saya ambil data sampai 22 Maret. Dari data itu saya temukan parameter. Parameter ini kemudian saya masukkan dalam rumus matematika. Sehingga bisa menghitung kecepatan orang yang sudah terinfeksi, dan yang masuk karantina, "ujar Susanto saat dihubungi Detik.com, Sabtu (28/3/2020).

Dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu menambahkan, kecepatan infeksi dipengaruhi faktor laju kontak. Laju kontak akan semakin besar jika banyak orang sering bertemu dan berkumpul.

"Kondisi ini akan membuat banyak yang berpindah status dari S jadi I atau terinfeksi," terang dia.

Jateng Tetapkan Status Tanggap Darurat Corona

Pada perjalanannya, orang yang terinfeksi ini akan ada yang meninggal atau sembuh. Namun orang yang terinfeksi bisa melakukan karantina total atau Q.

Besarnya orang yang masuk dalam karantina tergantung lagi pada faktor laju karantina. "Faktor laju karantina ini tergantung kemampuan negara dan masyarakat," ujar Susanto.

Model SIQR tersebut kemudian dianalisis lagi menggunakan metode numerik Runge-Kutta Orde 4 sehingga menghasilkan sebuah grafik. Kesimpulannya, jika tidak ada perubahan dalam penanganan, diperkirakan puncak infeksi wabah corona terjadi pertengahan Mei 2020.

Orang Terkaya di Indonesia Sumbang Rp52 M buat Lawan Corona

Pada masa itu menurut perhitungan Susanto terdapat 2,5 persen dari populasi yang berisiko dari Indonesia terinfeksi virus corona. Namun, setelah itu mulai ada tren penurunan.

Wabah Berhenti dalam 100 Hari

Doktor ilmu matematika terapan alumnus Universite de Bordeaux, Prancis, itu dalam analisisnya memprediksi masa 100 hari penyebaran atau sampai 10 Juni 2020. Dia menargetkan

"Kita harus kerja berbasis target. Dan saya lihat negara yang terjangkit COVID-19, pertahanan ekonominya sudah mulai ambruk kalau lewat 100 hari. Sehingga saya membuat hitungan 100 hari penyebarannya harus berhenti," tambahnya.

Meski demikian, Susanto Sastraredja tidak menyimpulkan wabah corona di Indonesia bakal berhenti pada 10 Juni 2020. Dia menegaskan penentu akhir wabah darri Wuhan, China, adalah pemerintah.

Gunung Merapi Erupsi Lagi Pagi Ini, Jarak Aman 3 KM dari Puncak

Dia mengatakan pemerintah semestinya membuat kebijakan yang tepat. Khususnya untuk mengatur laju kontak dan laju karantina.

Dia menilai pemerintah mengambil langkah untuk memperbesar laju karantina dan mengecilkan laju kontak. Caranya dengan mencari sebanyak-banyaknya orang positif corona untuk dikarantina.

Tindakan itu juga harus dibarengi usaha menekan laju kontak orang yang sehat. Mereka yang sehat semestinya tetap tinggal di rumah untuk meminimalisasi kontak.

Tanpa APD, Tenaga Medis akan Mogok Tangani Pasien Corona

Skema tersebut terbukti ampuh menekan persebaran virus corona di Wuhan dengan cara mengunci total kota. Namun, dia masih ragu apakah skenario tersebut bisa diterapkan di Indonesia guna menanggulangi wabah corona.

"Di Wuhan, faktor laju kontak dinolkan dengan lockdown total. Tapi apakah full lockdown bisa dimungkinkan di sini. Kalau ternyata sulit, bisa agak dilonggarkan tapi syaratnya laju orang masuk karantina harus diperbesar," katanya.



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya