SOLOPOS.COM - Kondisi Terminal C Wonogiri, Kamis (7/7/2022). Rencananya, selter pemberhentian terakhir BRT akan berada di Terminal C Wonogiri.(Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Paguyuban Angkutan Kota (Angkuta) Wonogiri menolak hadirnya layanan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng rute Solo-Wonogiri. Mereka menilai masyarakat Kabupaten Wonogiri belum membutuhkan layanan tersebut.

Ketua Paguyuban Angkuta Wonogiri, Suprapto, mengatakan kebutuhan layanan BRT di Wonogiri belum mendesak. Angkuta masih bisa memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia menganggap BRT akan mematikan usaha angkuta Wonogiri yang sudah berjalan puluhan tahun itu. Terlebih, selter pemberhentian terakhir BRT akan berada di Terminal C Wonogiri.

“Terminal C ini akan diperuntukkan angkuta. Mengapa mereka malah menggunakan terminal ini sebagai lokasi pemberhentian terakhir. Meski BRT tidak menaik-turunkan penumpang di sembarang tempat, tapi tetap ada selter BRT di terminal C. Itu jelas akan berdampak pada penumpang angkuta. Mereka pasti lebih milih BRT dibandingkan angkuta karena memiliki banyak kelebihan.” kata Suprapto saat dijumpai Solopos.com di Terminal C Wonogiri, Kamis (7/7/2022).

Jika Pemerintah Provinsi memaksakan pengadaan BRT koridor Solo-Wonogiri, Paguyuban Angkuta Wonogiri meminta lokasi Terminal C tidak digunakan sebagai pemberhentian terakhir atau tidak perlu dibangun selter BRT. Mereka menyarankan agar pemberhentian terakhir di Wonogiri cukup di Terminal A Giri Adiupura. Hal itu dinilai lebih masuk akal karena Terminal A Giri Adipura merupakan terminal bus.

Baca Juga: Digas 2023, Pengelola Trans Jateng Solo-Wonogiri: Kami Tidak Bersaing

“Ini bukan soal bisnis, ini soal kemanusiaan. Saya menangis. Bayangkan, masih ada 85 angkuta dengan 130 orang yang terlibat di dalamnya terdiri dari sopir, sopir cadangan, kondektur, dan orang yang bertugas mencari penumpang. Mereka menggantungkan hidup di Terminal C ini. Jika rencana itu tetap direalisasikan, terus nasib kami bagaimana,” ujar dia.

Menyoal BRT yang akan menggunakan sumber daya manusia Paguyuban Angkuta Wonogiri dan organisasi angkuta darat (Organda), menurutnya hal itu tidak bisa menjadi solusi. Sebab kru BRT dibatasi usia, yaitu maksimal 45 tahun.

Sementara, banyak pengemudi angkuta Wonogiri yang berumur lebih dari 45 tahun. Jika masih ada usia di bawah itu, mereka tidak serta merta bisa menjadi kru karena ada proses seleksi karena jumlah armada BRT terbatas.

Angkuta Wonogiri masih bisa memberikan layanan transportasi yang aman dan nyaman. Paguyuban Angkuta Wonogiri masih bisa menjamin keselamatan penumpang. Hal itu terbukti selama ini tidak pernah ada masalah apapun terkait keselamatan penumpang.

Baca Juga: BRT Trans Jateng Rute Solo-Wonogiri: Murah, Aman, & Nyaman

“Kalau mau lebih solutif, silakan ini semua armada angkuta dibeli, diakuisisi pemerintah daerah. Tapi kami tetap diberdayakan dengan tetap menjadi sopirnya. Kalau berani, seperti itu saja. Kami memang sudah pernah diajak rapat satu kali dengan konsorsium BRT, tetapi hasil rapat belum matang. Kami menganggap hasil rapat itu belum final,” ucap Suprapto.

Ihwal tarif, angkuta Wonogiri hanya mematok Rp2.000 untuk penumpang pelajar. Sementara penumpang umum dikenai Rp3.000-Rp4.000. Meski begitu, masih banyak penumpang umum yang membayar Rp3.000 baik jauh atau dekat.

Angkuta Wonogiri menyediakan empat trayek, yaitu Terminal C-Teminal A Giri Adipura, Teminal C-Desa Sendang, Teminal C-Wonoboyo, Teminal C-Waduk Gajah Mungkur.

Sebelumnya, Ketua Organda Wonogiri, Edi Purwanto, menuturkan tidak ada masalah terkait angkuta Wonogiri dengan rencana pengadaaan layanan BRT koridor Solo-Wonogiri. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Paguyuban Angkuta Wonogiri soal lokasi-lokasi mana saja yang tidak boleh dibangun selter BRT agar tidak memengaruhi jumlah penumpang pada angkuta Wonogiri.

Baca Juga: Rute BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri: Keliling 3 Kota Cuma Bayar Rp4.000

“Kemarin kami sudah koordinasi untuk angkuta Wonogiri. Ada beberapa lokasi yang tidak boleh dibangun halte. Itu sudah disepakati, jadi tidak ada gesekan. Lagi pula, angkuta dengan BRT memiliki fungsi dan kebutuhan masing-masing pada masyarakat. Angkuta untuk jarak dekat, BRT untuk jarak jauh,” jelas dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (6/7/2022)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya