SOLOPOS.COM - Tradisi padusan di Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC), Klaten, Rabu (17/6/2015). (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Tradisi padusan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dipastikan ditiadakan, tetapi objek wisata tetap diizinkan beroperasi dengan ketentuan pembatasan 25 persen dari kapasitas jumlah pengunjung.

Kepastian itu disampaikan Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jajang Prihono, saat ditemui wartawan di Sekretariat Daerah (Setda) Klaten, Senin (21/3/2022). “Kegiatan padusan ditiadakan bukan berarti tidak boleh melakukan tradisi padusan. Tetap bisa melakukan tradisi padusan tetapi disarankan di rumah masing-masing. Untuk kegiatan pariwisata terutama wisata air tidak ditutup. Tetap beroperasi. Tetapi tetap diatur dalam rangka pencegahan pandemi Covid-19,” kata Jajang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sudah ada Surat Edaran (SE) Setda Klaten tentang Penyelenggaraan Kegiatan Seni dan Tradisi Secara Virtual Menjelang Bulan Suci Ramadan. Salah satu isinya ihwal penegasan peniadaan padusan. Meski seperti itu, objek wisata air dipastikan tetap dibuka dan pihak pengelola wajib menerapkan protokol keehatan ketat.

Baca Juga : Padusan, Kolam Renang Tirtomoyo Jebres Solo Tak Siapkan Event Khusus

Ketentuan pembatasan mengacu Instruksi Bupati No.10/2022 tentang PPKM level 3. Dalam ketentuan itu diatur pembatasan kunjungan wisatawan di objek wisata selama dua jam, pengunjung maksimal 25 persen dari kapasitas, serta tidak diizinkan menampilkan hiburan.

Tradisi Sakral

Pada zaman dulu, padusan dimaknai tradisi sakral sebagai media merenung dan introspeksi diri jelang Ramadan. Kini, padusan dikemas sebagai komoditas pariwisata yang justru mengaburkan tujuan awal dari tradisi.

Bulan Ramadan tinggal menghitung hari. Bagi sebagian besar umat Islam di penjuru dunia, Ramadan merupakan bulan suci yang biasa disambut dengan persiapan khusus. Tak hanya persiapan rohani, tetapi juga jasmani. Bukan hanya persiapan fisik, tetapi juga batin.

Baca Juga : Padusan di Klaten Ditiadakan 3 Tahun Berturut-Turut, Ini Gantinya

Salah satunya berupaya menyucikan diri sebelum Ramadan. Persiapan khusus itu diharapkan mampu meningkatkan amalan dan ibadah di bulan suci. Terdapat beragam kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia di berbagai daerah dalam rangka menyambut Ramadan.

Salah satunya ritual padusan yang biasa dilaksanakan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dilansir dari laman Indonesia.go.id, padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi. Padusan merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut bulan suci.

Tradisi warisan leluhur itu sudah dilakukan turun temurun. Tradisi ini umumnya dijalankan dengan berendam di kolam, mandi di sumur, sungai hingga sumber mata air. Masyarakat baik tua maupun muda, laki-laki dan perempuan, beramai-ramai melakukan ritual mandi bersama.

Baca Juga : Bandel Padusan Di Pemandian Batu Seribu Sukoharjo, Warga Dihalau Satpol PP

Di Jawa Tengah maupun Jogja cukup banyak tempat yang biasa dijadikan lokasi ritual padusan. Di Jogja, setidaknya ada sepuluh lokasi  yang biasa didatangi orang setiap tahun untuk menjalani ritual padusan dan setiap lokasi memiliki histori masing-masing.

Di antaranya Umbul Pajangan di Jalan Kaliurang Sleman, Sendang Klangkapan di Dusun Klangkapan, Desa Margoluwih Sleman yang konon dibuat Sunan Kalijaga saat tidak menemukan air untuk berwudu. Lalu ada Sendang Ngepas Lor di Desa Donoharjo Sleman.

Padusan di Jateng

Di beberapa wilayah lain di Jawa Tengah, juga terdapat beberapa tempat yang biasa dipadati warga untuk menjalani padusan. Di Klaten ada cukup banyak tempat untuk menggelar padusan. Saking banyaknya, Klaten mendapat julukan Kabupaten Seribu Mata Air.

Baca Juga : Padusan Jelang Ramadan, Umbul Pelem Tulung Klaten Diserbu Pengunjung

Sejumlah pemandian dari sumber air yang cukup terkenal di Klaten antara lain Umbul Ingas di Objek Wisata Mata Air Cokro Tulung, Umbul Ponggok di Polanharjo, Umbul Manten di Desa Sidowayah Kecamatan Polanharjo, Umbul Pluneng di Kebonarum, dan lain-lain. Di Boyolali, lokasi pemandian yang biasa dipadati pengunjung untuk ritual padusan adalah Umbul Pengging dan Umbul Tlatar.

Kegiatan serupa juga dilakukan di Umbul Petilasan Joko Tingkir Semarang. Ribuan warga yang bukan hanya berasal dari Semarang tetapi juga daerah sekitarnya seperti Salatiga, mendatangi petilasan ini untuk padusan. Di petilasan ini lokasi padusan terbagi menjadi dua yaitu Sendang Lanang dan Sendang Puteri.

Upaya penyucian diri melalui padusan bertujuan agar saat Ramadan datang, warga dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin. Bila ditelisik lebih jauh, padusan memiliki makna yang dalam yaitu sebagai media merenung dan introspeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu.

Baca Juga : Jelang Ramadan Boleh Padusan di Boyolali, Tapi Ada Syaratnya

Umbul atau di Rumah?

Mirza, 20, warga Jogja merupakan satu dari sekian banyak orang yang masih melestarikan tradisi padusan menyambut bulan suci Ramadan. Mirza memilih Umbul Pajangan sebagai tempat padusan bersama teman-teman. Mereka biasa melaksanakan ritual padusan sehari menjelang Ramadan.

“Karena event [padusan] tersebut cuma ada sekali dalam setahun dan vibe-nya pasti akan berbeda dengan di hari biasa,” kata dia saat ditanya alasan padusan di umbul ketimbang di rumah, Senin (28/3/2022).

Mahasiswa S1 Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengaku selain sebagai sarana membersihkan diri sebelum memasuki bulan suci, padusan juga berfungsi sebagai media menjalin silaturahmi. “Bisa ketemu sama temen yang sudah lama enggak ketemu,” ungkapnya.

Baca Juga : Air Panas Bayanan, Lokasi Padusan di Sragen Peninggalan Belanda



Berbeda dengan Mirza, Niken, 20, memilih tidak mengikuti padusan secara massal di pemandian umum seperti umbul. “Di umbul cewek-cowok campur kayak cendol. Takut ketularan bentolan,” ujarnya.

Gadis ini tak memiliki tradisi ataupun ritual tertentu yang biasa dilakukan menjelang Ramadan. Ia mengaku hanya perlu menyiapkan mental sehingga dapat tahan terhadap segala cobaan keimanan yang menghadang selama puasa Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya