SOLOPOS.COM - LOKASI INDUSTRI -- Warga melintasi jalan di wilayah Alas Kethu, Wonokarto, Wonogiri, beberapa waktu lalu. Munculnya wacana penggunaan wilayah ini sebagai lokasi industri kembali memicu pro dan kontra. (JIBI/SOLOPOS/Suharsih)

LOKASI INDUSTRI -- Warga melintasi jalan di wilayah Alas Kethu, Wonokarto, Wonogiri, beberapa waktu lalu. Munculnya wacana penggunaan wilayah ini sebagai lokasi industri kembali memicu pro dan kontra. (JIBI/SOLOPOS/Suharsih)

WONOGIRI – Rencana penggunaan kawasan Alas Kethu sebagai kawasan industri atau pembangunan pabrik tekstil kembali menyulut pro dan kontra. Hal ini terungkap dalam Rakor Sinkronisasi dan Harmonisasi Pengembangan Penanaman Modal di Wonogiri yang digelar Kantor Penanaman Modal (KPM) Wonogiri di Grha Personalia Kantor BKD, Kompleks Kantor Pemkab Wonogiri, Selasa (10/4/2012).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut Deputi Bidang Ekonomi dan Keuangan BI Solo, Suryono, yang menjadi salah satu pembicara, perusahaan tekstil Sritex akan membangun pabrik di Alas Kethu senilai Rp 30 triliun dengan luas tujuh kali kompleks pabrik yang ada di Sukoharjo. “Sritex telah bekerja sama dengan China untuk membangun pabrik di Wonogiri. Dana yang disiapkan senilai Rp54 triliun dan Rp30 triliun digunakan untuk membangun industri tekstil,” jelasnya. Sisanya akan digunakan membangun pelabuhan di Paranggupito, pembangunan pabrik semen di Giritontro dan tambang emas di Giriwoyo. “Mudah-mudahan dengan masuknya pabrik besar bisa meningkatkan perekonomian rakyat Wonogiri,” ujarnya.

Anggota DPRD Jateng asal Wonogiri, Hj Endang Maria menyatakan, dirinya mendukung program proinvestasi dari Bupati Wonogiri. Namun demikian, politisi asal Partai Golkar itu berharap, kawasan yang digunakan bukan di Alas Kethu. “Sekitar 2008, saya bersama teman-teman berjuang untuk mempertahankan Alas Kethu sebagai ruang hijau tetapi kenapa sekarang muncul wacana penggunaan Alas Kethu sebagai kawasan industri lagi. Informasinya Alas Kethu akan dibangun pabrik tekstil. Saya mengecam keinginan itu dan berharap pemerintah pusat tidak merekomendasikannya,” ujar Hj Endang.

Dijelaskannya, pembangunan pabrik tekstil hendaknya didirikan di tempat lain di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo. “Pemkab Wonogiri hendaknya berpikir lebih cerdas agar rakyat tidak dibohongi. Tempat lain masih bisa dan banyak,” tukasnya.

Wakil Direktur LSM Eko Humanika, Wonogiri, Jumadiarto menyatakan, perbaikan lingkungan membutuhkan waktu lama. Dicontohkannya, sebatang pohon menjadi rindang membutuhkan waktu sekitar 10 tahun hingga 20 tahun. “Saya tak menyatakan mendukung atau tidak penggunaan Alas Kethu sebagai kawasan industri namun yang meski dipikirkan faktor sosial masyarakat dan lingkungan hidup.” Menurutnya, rakyat Wonogiri akan menjadi penonton apabila pabrik berdiri karena yang diuntungkan investor. “Indeks kebutuhan hidup masyarakat Wonogiri rendah sehingga menguntungkan investor. Apakah dengan pabrik berdiri ekonomi rakyat akan meningkat?” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya