SOLOPOS.COM - Tugu Malang merupakan salah satu ikon Kota Malang, Jawa Timur (Jatim). (id.wikipedia.org)

Solopos.com, MALANG — Kalangan anak muda di setiap daerah pasti memiliki bahasa gaul yang selalu digunakan untuk berkomunikasi, tak terkecuali di Malang, Jawa Timur (Jatim). Bahkan, orang Malang sangat terkenal dengan bahasa gaul yang suka membalikan kata, atau disebut juga bahasa Walikan.

Bahasa Walikan yang menjadi ciri khas warga Malang bahkan beberapa di antara sudah cukup populer di Indonesia. Contoh saja Ngalam yang artinya adalah Malang. Kemudian, sam yang berarti mas, tamales yang artinya selamat, tangames yang maksudnya selamat, maupun oyi untuk menyatakan kata iyo atau iya. Bahkan, film Yowis Ben yang diperankan Bayu “Skak” pun turut menyematkan bahasa Walikan khas Malang ini dalam dialog atau percakapan di antara tokohnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati demikian, bahasa Walikan, atau yang dikenal juga dengan sebutan bahasa Malangan, atau Osob Ngalaman ini rupanya sudah ada sejak zaman dulu. Tepatnya, bahasa Walikan ini sudah ada sejak masa Agresi Militer II Belanda pada tahun 1949 silam.

Berdasarkan buku Malang Tempoe Doeloe, karangan Dukut Imam Widodo, bahasa Walikan muncul dari hasil pemikiran para pejuang kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Dulunya bahasa Walikan ini dijadikan semacam sandi atau password di kalangan pejuang.

Bahasa khusus ini dianggap perlu digunakan untuk menjamin kerahasiaan, efektivitas komunikasi sesama pejuang dan juga pengenal identitas kawan atau lawan. Maklum, saat itu Belanda kerap menyusupkan mata-mata yang mampu berkomunikasi dengan bahasa daerah setempat.

Baca juga: Asale Bahasa Ngapak, Ternyata Dari Suku Kutai di Kalimantan Timur

Dikutip dari laman Internet Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Stekom) Semarang, munculnya bahasa Walikan ini tak terlepas dari ide prajurit GRK, Suyudi Raharno, dan sahabatnya, Wasito.

Mata-mata Belanda

Kala itu, perlawanan GRK di akhir Maret 1949 kerap terpatahkan. Setelah ditelusuri, ternyata informasi taktik dan strategi mereka bocor karena adanya mata-mata yang disusupkan Belanda.

Akhirnya, Suyudi Raharno dan Wasito pun menyusun kode telik sandi berupa bahasa Walikan. Strategi ini pun berjalan efektif. Melalui bahasa Walikan ini, GRK berhasil membongkar agen atau mata-mata Belanda yang ternyata orang pribumi di sekitar mereka. Mata-mata atau spion ini menyamar menjadi penjual jajanan, penjual rokok, hingga pelayan di warung.

Bahasa Walikan ini juga menjadi cara yang efektif untuk komunikasi antarpejuang hingga mampu menerapkan strategi-strategi yang jitu untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda.

Baca juga: Bahasa Sunda Brebes Lebih Halus dari Versi Asli, Kenapa?

Bahasa ini memang sarat akan kode dan sandi karena cukup unik dan tidak terikat bahasa yang umum dan baku. Bahasa ini hanya mengenal satu metode, yakni pengejaan secara terbalik, dari belakang dibaca ke depan.

Bahasa Walikan ini pun, awalnya hanya diketahui sesama pejuang GRK. Namun, seiring berjalannya waktu banyak masyarakat Malang yang mengetahui bahasa Walikan ini.

Bahkan, bahasa Walikan atau Osob Ngalaman ini seolah menjadi bahasa gaul atau bahasa slang bagi orang Malang. Bahasa yang hanya diketahui dan mudah dimengerti oleh kalangan orang Malang. Itulah kenapa orang Malang suka membalik kata yang merupakan bahasa Walikan atau Osob Ngalaman.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya