SOLOPOS.COM - Ilustrasi varian Omicron. (Freepik)

Solopos.com, NEW YORK — Rawat inap akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi baru pada Jumat (7/1/2022).

Seperti dilansir Antaranews dari Reuters, angka rawat inap pasien Covid-19 di AS melampaui rekor yang ditetapkan pada Januari tahun lalu, saat varian Omicron yang sangat menular memicu lonjakan infeksi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rawat inap terus meningkat sejak akhir Desember ketika Omicron dengan cepat mengambil alih Delta sebagai varian virus corona yang dominan di AS.

Para ahli mengatakan Omicron kemungkinan akan terbukti kurang mematikan daripada varian sebelumnya. Namun pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa banyaknya infeksi yang disebabkan oleh Omicron membebani rumah sakit. Beberapa di antara rumah sakit itu berjibaku menangani pasien yang mengalir masuk karena pekerja mereka sendiri sedang sakit.

Baca Juga: 12 Aparat Meninggal dalam Kerusuhan di Kazakhstan, WNI Dipastikan Aman

“Ini seperti kemacetan arus penanganan medis. Ada begitu banyak kekuatan yang sekarang berkontribusi pada tantangan itu dan saya pikir ada unsur kelelahan, saya tidak ingin mengatakan putus asa,” kata Dr. Peter Dillon, kepala petugas klinis di Penn State Health di Pennsylvania, dalam sebuah wawancara.

Menurut hitungan Reuters, AS melaporkan 662.000 kasus baru Covid-19 pada Kamis (6/1/2022), total harian tertinggi keempat di negara itu, hanya tiga hari setelah rekor hampir 1 juta kasus dilaporkan.

Rawat inap Covid-19 di AS mendekati 123.000, tampaknya siap untuk memecahkan rekor di atas 132.000, menurut hitungan itu. Kematian, indikator yang merujuk ke masa lalu, masih cukup stabil di sekitar 1.400 per hari, jauh di bawah puncak tahun lalu.

Namun, data rawat inap seringkali tidak membedakan antara orang yang dirawat karena Covid-19 dan apa yang disebut kasus insidental yang melibatkan orang yang dirawat karena alasan lain dan diketahui terinfeksi selama pengujian rutin.

Baca Juga: Kerusuhan Kazakhstan Berlanjut, PBB Minta Semua Pihak Menahan Diri

Guru Mogok

Menurut laporan ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat (7/1/2022), kasus yang meningkat telah memaksa sistem rumah sakit di hampir setengah negara bagian AS untuk menunda operasi yang tak mendesak, sebuah indikasi adanya tekanan pada sektor perawatan kesehatan yang kehilangan sekitar 3.100 pekerja,

Beberapa dokter dan perawat menyatakan frustrasi atas lonjakan pasien yang tidak divaksin. Mereka mengatakan tidak dapat memahami mengapa seseorang mengabaikan saran dokter untuk divaksin tetapi kemudian mencari bantuan profesional medis setelah sakit karena Covid-19.

“Banyak dari pasien ini mengalami kematian yang tak perlu [terjadi],” kata Lynne Kokoczka, spesialis perawat klinis di unit perawatan intensif di Klinik Cleveland di Ohio tak lama setelah dia membantu mengeluarkan jenazah pasien Covid-19 dari bangsal.

Baca Juga: Kisah Misteri Pulau Boneka di Meksiko, Rumah bagi Ribuan Spirit Doll

Sembilan puluh persen pasien di ruang perawatan intensif dengan ventilasi mekanis di Klinik Cleveland tidak divaksin, kata Dr. Hassan Khouli, ketua departemen pengobatan perawatan kritis di pusat medis akademik.

“Ini benar-benar membebani tim kami. Kelelahan menjadi perhatian utama,”kata Khouli.

Sementara banyak sekolah telah berjanji untuk melanjutkan pembelajaran langsung, beberapa sekolah ditutup karena kasus meningkat. Di Chicago –sistem sekolah umum terbesar ketiga di AS– sekolah ditutup untuk hari ketiga pada Jumat di tengah pemogokan guru yang memprotes perlindungan Covid-19.

Para pejabat terus mendesak vaksinasi sebagai perlindungan terbaik terhadap penyakit serius, meskipun mandat federal yang mengharuskannya menjadi perdebatan politik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya