SOLOPOS.COM - angkapan layar Anggota Ombudsman Republik Indonesia Yeka Hendra Fatika (kiri) dalam konferensi pers daring mengenai polemik impor beras, Rabu (24/3/2021). (Antara)

Solopos.com, JAKARTA -- Ombudsman Republik Indonesia (ORI) meminta pemerintah menunda impor 1 juta ton beras. Ketersediaan stok beras dalam negeri yang masih mencukupi menjadi alasan tidak diperlukannya impor.

"Ombudsman RI menyatakan meminta Kementerian Perekonomian untuk melaksanakan rakortas [rapat koordinasi terbatas]  menunda keputusan impor beras, bukan menunda pelaksanaan. Hingga menunggu perkembangan panen dan pengadaan Perum Bulog paling tidak sampai awal Mei," kata anggota ORI Yeka Hendra Fatika dalam konferensi pers daring di Jakarta, Rabu (24/3/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data dari Badan Pusat Statistik dan juga Kementerian Perdagangan menunjukkan stok beras dalam negeri masih aman dan mencukupi sehingga tidak memerlukan impor.

Baca juga: Khofifah: Stok Melimpah, Jatim Tak Butuh Beras Impor

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, stok beras di gudang Perum Bulog mencapai 883.585 ton. Perinciannya 859.877 ton merupakan cadangan beras pemerintah (CBP), dan 23.700 ton beras komersil.

Dari jumlah stok CBP yang ada, terdapat stok beras turun mutu sebanyak 400.000 ton. Beras ini berasal dari pengadaan dalam negeri di periode 2018-2109 dan importasi pada 2018. Sehingga stok beras yang layak konsumsi kurang dari 500.000 ton di gudang Bulog. Jumlah tersebut sekitar 20 persen dari kebutuhan beras rata-rata tiap bulan.

Stok Beras

Dalam rangka menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga beras, Rakortas pada 2018 memutuskan ketersediaan stok beras Perum Bulog pada akhir tahun harus 1 hingga 1,5 juta ton per tahun.

Baca juga: Petani Sukoharjo Tolak Impor Beras, Alasannya: Bikin Sengsara!

Sedangkan stok beras di tempat lain berdasarkan data Kementerian Perdagangan per Februari 2021 yaitu di penggilingan sekitar 1 juta ton. Kemudian 6.300 ton di lumbung pangan masyarakat, 36.000 ton di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), 260.000 ton di Horeka, dan di rumah tangga sebanyak 3,2 juta ton.

"Kalau dijumlahkan total stok sekitar 6 juta ton kurang sedikit," kata Yeka.

Namun, menurut Yeka, ketersediaan stok beras siap pakai di gudang Bulog bisa segera terpenuhi dengan adanya panen raya padi yang sedang berlangsung.

Hasil survei BPS menyebutkan luas panen padi periode Januari-April sebanyak 4,6 juta Ha yang diperkirakan akan menghasilkan 25,3 juta ton gabah kering giling. Jika diolah menjadi beras sebanyak 14,5 juta ton beras. Jumlah ini naik 26,8 persen yaitu 3 juta ton beras dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Baca juga: Ketua HKTI Jatim Minta Gubernur Khofifah Tolak Beras Impor

Yeka menuturkan salah satu indikator kecukupan dan kelangkaan stok beras dapat dilihat dari pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Saat ini pasokan beras di PIBC cenderung berlebih di angka 3.300-3.500 ton per hari yang mengindikasikan sedang terjadinya panen raya padi.

"Normalnya itu pasokan beras PIBC 3.000 ton per hari. Kalau sudah 2.000 ton per hari mulai gelisah dan harga naik, kalau 1.000 ton itu sudah terjadi kelangkaan," kata Yeka.

Dari data-data tersebut Ombudsman menilai saat ini pemerintah Indonesia tidak memerlukan impor beras dalam waktu dekat. Yeka mengatakan Ombudsman mencium ada maladministrasi dalam proses keputusan impor beras sebanyak 1 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya