SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Indonesia berencana membentuk posko di Brasil guna menunjang kebutuhan atlet selama Olimpiade.

 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

 

Harianjogja.com, JAKARTA — Indonesia tak mau performa atlet selama Olimpiade 2016 terganggu minimnya dukungan ofisial. Demi menunjang kebutuhan atlet selama Olimpiade, Indonesia akan membentuk posko di Rio de Janeiro.

Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro tinggal menyisakan waktu delapan bulan lagi. Hingga saat ini, Indonesia baru memastikan tiga atlet yang lolos (dua panahan dan satu atletik) ditambah tujuh kuota dari angkat besi.

Indonesia masih bisa berharap dari 10 cabang yang tersisa hingga batas penutupan kualifikasi yakni Mei 2016. Sementara itu, cabang olahraga kano dan equestrian sudah dipastikan tidak lolos.

Pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, berharap minimal ada 33 atlet yang lolos ke Olimpiade. Hal ini penting mengingat jumlah atlet akan memengaruhi jumlah akreditasi yang bisa didapatkan ofisial Indonesia.

Jumlah akreditasi diberikan untuk ofisial sebesar 50 persen dari jumlah atlet. Sehingga kalau atlet Indonesia yang lolos, misalnya, hanya 20 orang, maka hanya akan mendapat 10 akreditasi untuk ofisial. Padahal, kebutuhan atlet selama persiapan atau pascatanding sangat banyak. Tidak hanya pelatih, tapi juga masseur, tim dokter, sport science, hingga masalah teknis.

Keterbatasan inilah yang coba diatasi oleh KOI dan Chef de Mission Olimpiade, Raja Sapta Oktohari. Menurut Okto, jangan sampai Indonesia dirugikan hanya karena akreditasi tim pendukungnya kurang. Oleh karena itu, para atlet perlu didorong untuk raih tiket lolos sebanyak-banyaknya.

“Selain peluang medali, jumlah atlet yang mendapatkan tiket lolos Olimpiade juga memengaruhi kuota akreditasi ofisial. Makanya ini penting. Sekarang seperti bulutangkis atau angkat besi, mereka latihan di sana butuh suporter tim, atau panahan mereka butuh teknisi alat karena terkadang pelatihnya tidak mengerti untuk memperbaiki alat panahnya. Hal inilah yang perlu dicari solusinya,” ungkap Okto.

Untuk menyiasati masalah ini, KOI bekerja sama dengan KBRI di Brasil akan mempersiapkan Satgas (satuan tugas) untuk Olimpiade serta menyewa 2-3 rumah yang berdekatan dengan wisma atlet untuk digunakan sebagai posko. Rumah-rumah itu akan digunakan untuk menampung ofisial yang tidak bisa tinggal di wisma atlet. Menyewa rumah dinilai lebih efisien ketimbang menginap di hotel atau apartemen.

“Nah, rumah inilah yang kami jadikan posko untuk menunjang suksesnya atlet-atlet di Olimpiade. Kami juga bawa tukang masak sendiri, jadi kalau atlet mau makan rendang kami suplai dari posko kami,” kata Komisi Sport Development KOI, Harry Warga Negara Harun.

Harry juga menjamin, meski ofisial ini ‘tidak resmi’, mereka akan tetap dibekali daily pass.

“Daily pass ini nantinya tidak hanya untuk di arena saja, tapi bisa masuk wisma atlet. Hanya menginapnya saja yang tidak boleh di wisma atlet, maka yang tidak tertampung di wisma, kami support dengan posko ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya