SOLOPOS.COM - Ilustrasi hotel (freepik)

Solopos.com, SOLO — Industri hotel Solo terus membaik dengan tingkat okupansi yang perlahan-lahan merangkak naik seiring dengan penurunan level pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) beberapa bulan terakhir. Tingkat okupansi dan revenue hotel di Kota Bengawan bahkan tercatat menduduki angka tertinggi selama pandemi pada Oktober lalu.

Kondisi tersebut masih berlanjut hingga pekan kedua November ini. Pejabat Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, Sistho A Sreshtho, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (17/11/2021), menyebutkan tingkat okupansi hotel di Soloraya rata-rata 67% -70% pada Oktober.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Okupansi beberapa hotel bintang 4 bahkan mencapai 80%. “Alana sempat closing di angka 82%,” kata Sistho. Sistho mengatakan sejauh ini marketnya masih didominasi government, kebutuhan meeting incentive conference and exhibition (MICE), serta wedding.

Oleh karena itu, yang paling diuntungkan dengan kondisi ini adalah hotel bintang 3 ke atas yang memiliki meeting room dan ball room. Rata-rata okupansi hotel kategori ini di Solo bagus.

Baca Juga: Jan Ethes Berlatih Taekwondo di Dojang Gilingan Solo, Segini Biayanya

“Berdasarkan catatan kami, tingkat pencapaian okupansi pada Oktober tertinggi selama 2021, bahkan tertinggi selama pandemi Covid-19. Juli banyak yang tutup karena varian delta, Agustus mulai naik, September naik, sampai puncaknya Oktober saat penurunan PPKM,” jelas Sistho.

Kondisinya cenderung stabil hingga pertengahan November ini. Namun, Sistho, belum bisa memprediksi situasi hingga akhir bulan nanti. Harapannya minimal sama dengan Oktober. Begitu juga dengan situasi pada Desember mendatang.

Wait and See Nataru

Sistho belum bisa memastikan karena kebijakan selama pandemi terus berubah. Apalagi, karakter tamu hotel di Solo adalah memesan kamar di menit-menit terakhir. Berbeda dengan Bali atau kota destinasi wisata lainnya.

“Biasanya [sebelum pandemi] Nataru [libur Natal dan tahun baru], adalah saatnya menikmati okupansi hotel di Solo yang tinggi. Kalau sekarang ini, kami wait and see, sampai saat ini masih belum terlihat pergerakannya. Yang pasti kami menyiapkan paket-paket untuk tamu,” katanya.

Baca Juga: Sering Nol Kasus Baru, Gibran Optimistis PPKM Solo Turun Ke Level 1

“Termasuk soal penerapan protokol kesehatan, kami pastikan semua aman. Hampir 90% semua karyawan sudah divaksinasi. Begitu juga dengan sertifikat CHSE, semua hotel sudah memilikinya,” tambah Sistho.

Senada, General Manager The Sunan Hotel Solo, Retno Wulandari, mengatakan tingkat okupansi hotel yang ia kelola mencapai 70% pada Oktober silam. Namun, ia tak bisa memprediksi kondisi pada akhir Desember nanti.

Kendati demikian, ia tetap menyiapkan sejumlah produk Nataru untuk para tamu sembari menunggu kebijakan terbaru dari pemerintah. “Ya memang kita hidup di era serba tidak pasti. Sering kali ada peraturan berubah mengikuti fluktuasi virus. Kita harus siap untuk itu,” kata Retno.

“Kalau tren wisata Solo 2022 sepanjang regulasi enggak berubah ekstrem, saya melihat optimistis. Akan terus bergerak positif,” katanya optimistis saat ditanya soal wisata di Solo pada 2022 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya