SOLOPOS.COM - Dalang kondang Ki Manteb Soedharsono. (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Kepergian dalang kondang Ki Manteb Soedharsono, 74, Jumat (2/7/2021), menyisakan duka mendalam bagi keluarga, pegiat seni, maupun masyarakat pencinta budaya.

Mendiang Ki Manteb tak hanya menjadi empu pedalangan, tetapi juga empu kehidupan. Ki Manteb dinilai sebagai pejuang seni tradisi yang tak pernah berhenti berbagi dan menebar optimisme di tengah pandemi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalang Wayang Wahyu yang juga ketua Dewan Kesenian Solo (DKS) Blacius Subono, Jumat sore, masih tak percaya dengan kabar berpulangnya sahabat sekaligus seniornya. Apalagi ia sempat menggarap project bersama Ki Manteb berupa pentas wayang streaming Sirnaning Angkara Murka beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kisah Di Balik Wayang Werkudara Yang Iringi Dalang Ki Manteb Soedharsono Hingga Pemakaman

Dalam pakeliran ruwatan tersebut Ki Manteb mendalang, sementara Blacius menjadi penyusun naskah dan karawitan. Gending-gending bernuansa magis tentang harapan baik untuk bangsa ini mengalun sepanjang acara.

Blacius kali pertama kenal dan bertemu si pemilik sabetan setan itu ketika mengikuti lomba dalang di Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta (Sekarang Institut Seni Indonesia Solo).

Mengiringi Pentas

Momen paling berharganya adalah saat setahun nyantrik sebagai penggerong atau penembang pada tahun 90-an. Kala itu hampir tiap malam dia diajak turut mengiringi pentas Ki Manteb.

“Dari situ saya banyak pengalaman menimba ilmu, sekaligus karya saya dapat masukan dari beliau. Beliau guru yang baik,” kenangnya saat diwawancara, Jumat.

Baca juga: Sebelum Meninggal, Dalang Kondang Ki Manteb Soedharsono Beri Pesan Ini Kepada Cucu Pertamanya

Keduanya juga terlibat dalam project bergengsi yakni pentas wayang 12 bulan berturut-turut dengan judul Banjaran Bima di Jakarta.

Selain dikenal sebagai pemilik sabetan setan, Ki Manteb, juga sangat piawai membuat lakon sanggit (lakon baru dalam pentas wayang). Sekaligus kerap menggabungkan kesenian wayang dengan peralatan modern sehingga bisa lebih diterima di masyarakat.

Sebagai dalang senior, Ki Manteb sangat luwes dalam pentas. Lakon yang dibawakan tak lepas dari isu yang berkembang. Dalam sebuah interview bersama Solopos.com beberapa waktu lalu, mendiang pernah mengatakan bahwa dirinya sadar betul masyarakat Indonesia sangat dekat dengan seni wayang.

Baca juga: Kembali Viral, Posisi Proning Disebut Bisa Selamatkan Pasien Covid-19

Maka pentasnya selalu disisipi hal-hal terkait dengan isu yang sedang terjadi di masyarakat. Misalnya saat orde baru dulu dirinya kerap pentas yang juga mengritik pemerintah, lalu ketika momen geger pecinan dia ikut berperan meredam kemarahan masyarakat lewat petuah-petuahnya dalam wayang.

Selanjutnya di masa pandemi kerap mengajak masyarakat taati protokol kesehatan, sekaligus mengritik pemerintah soal penanganan Covid-19.

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sugeng Nugroho, Jumat, mengatakan tentang jiwa sosial mendiang. Sosoknya selalu rendah hati dan tak pelit ilmu maupun materi. Kapanpun dimintai tolong pasti disanggupi asal tidak sedang sibuk atau ada pekerjaan lain.

Mendiang Ki Manteb mengajar sebagai dosen luar biasa di Jurusan Seni Pedalangan ISI Solo sejak tahun 1996. Kiprahnya selalu jadi panutan. Salah satunya sukses menggabungkan pakem Solo dan Yogyakarta. Pentasnya banyak disukai pencinta wayang dalam maupun luar negeri. Sejumlah negara di kawasan Spanyol, Amerika, Jepang, hingga Prancis, pernah disinggahi.

Baca juga: Dalang Ki Manteb Soedharsono Meninggal Positif Covid-19, Keluarga Tak Izinkan Pelayat Hadir Hari Ini

Beberapa karya pedalangan fenomenal, naskah, hingga artikel soal wayang dibuatnya semasa hidup. Disusul belasan penghargaan yang didapat hingga tutup usia.

Salah satunya Certificate of Remakable Contribution dari organisasi seni budaya tertua, Union Internationale de la Marionnette- International Puppetry Association (UNIMA) pada 2017, Empu Paripurna dari Rektor ISI Solo pada 2015, serta Ikon Nusantara idang Seni Budaya dan Bidang Kreatif oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di De Tjolomadoe, Senin (19/8/2019).

Diberitakan sebelumnya, Ki Manteb meninggal dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19. Selain Ki Manteb, istrinya, Suwarti, juga dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. Pasangan suami istri itu menjalani isolasi mandiri di rumah, Dukuh Sekiteran RT 002/RW 008, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan.

Pentas Streaming

Berdasarkan surat lelayu, Ki Manteb meninggalkan lima anak beserta menantu, satu anak angkat, serta 15 cucu.

Manajer sekaligus keponakan mendiang, Jungkung Setyo Utomo, mengatakan selepas pentas dari Jakarta, Minggu (27/6/2021), sebenarnya Ki Manteb sudah merasa tak enak badan karena kelelahan. Namun pada Minggu malam tetap pentas streaming dari rumah karena merasa harus bertanggung jawab pada klien.

“Sebenarnya sudah diminta istirahat biar digantikan anak-anaknya. Tapi enggak mau karena komitmen pada klien. Semboyannya satria-satriane perwira-perwirane dalang mati matio ya ning pentas, ngarep kelir,” kata dia menirukan sang paman.



Baca juga: Inilah 2 Pertunjukan Wayang Terakhir Dalang Ki Manteb Soedharsono Sebelum Tutup Usia

Selanjutnya pada Senin (28/6/2021) harus istirahat total di rumah dengan penanganan dokter. Sampai akhirnya meninggal pada Jumat di kediamannya Kelurahan Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, dengan status positif Covid-19.

Jenazah dimakamkan dengan protokol kesehatan di Permakaman Dusun Suwono, RT 01/08. “Pesan beliau agar anak muda mau cintai budaya wayangnya yang sudah diakui Unesco. Kalau soal regenerasi, diteruskan anak dan cucu mendiang yang semuanya bisa ndalang,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya