SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com — Saat hari cerah atau banyak matahari, dokter sepertinya harus meresepkan obat dengan dosis lebih tinggi dibandingkan saat musim hujan. Studi baru menemukan bahwa saat musim panas yang banyak matahari, obat menjadi kurang efektif.

Ilmuwan Swedia telah menunjukkan bahwa tambahan vitamin D yang diproduksi oleh tubuh pada bulan-bulan di musim panas, mempercepat kemampuan tubuh untuk memecah obat-obatan. Hal inilah yang membuat kerja obat menjadi kurang efektif.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Temuan yang didasarkan atas studi terhadap 6.000 orang ini menunjukkan bahwa dokter harus mengurangi dosis beberapa obat dalam bulan-bulan musim dingin yang gelap dan meningkatkan dosis pada musim panas yang cerah dan banyak sinar matahari.

Peneliti mengatakan temuan itu dapat berimplikasi untuk separuh dari semua obat yang diresepkan, tetapi mereka juga memperingatkan pasien untuk tidak mengubah dosis tanpa konsultasi dokter.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam studi ini, peneliti mengamati 70.000 sampel darah dari pasien transplantasi organ yang minum satu dari tiga obat yang berfungsi menekan sistem kekebalan di Stockholm, Swedia, lebih dari 10 tahun.

Sampel yang diambil saat musim dingin di Stockholm yang hanya sedikit cerah dan bahkan hampir tidak ada sinar matahari, dibandingkan dengan sampel yang diambil pada musim panas yang panjang.

Menurut hasil temuan yang telah dipublikasikan pada jurnal Drug Metabolism and Disposition, konsentrasi obat bervariasi sepanjang tahun dengan cara yang erat tercermin pada perubahan kadar vitamin D, yaitu nutrisi yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap sinar matahari.

Tingkat vitamin D tertinggi dicapai pada bulan-bulan musim panas, yang menyebabkan efektivitas 2 jenis obat penekan sistem imun menjadi 7 sampai 17 persen lebih rendah.

Peneliti percaya bahwa vitamin D dapat meningkatkan jumlah zat kimia yang dikeluarkan oleh hati yang terlibat dalam menguraikan obat.

“Saat banyak terpapar sinar matahari, tubuh mengeluarkan bahan kimia atau enzim yang dikenal sebagai CYP3A4, yang terlibat dalam metabolisme separuh dari semua jenis obat. Dan beberapa obat yang kami pantau bisa terpengaruh dengan adanya sinar matahari,” jelas Dr Erik Eliasson, peneliti di Karolinska Institute, dilansir Dailymail, Jumat (11/3/2011).

Menurut Dr Eliasson, masih terlalu dini untuk memberikan saran konkret bagi dokter atau pasien. Tetapi penting untuk mengingatkan pasien agar tidak mengubah dosis obatnya tanpa berbicara ke dokter.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini, tetapi CYP3A4 dianggap enzim yang paling penting dalam perputaran obat dalam tubuh dan hasilnya mungkin berarti penting bagi banyak obat,” lanjutnya.

Dr Eliasson juga mengatakan peneliti kini sedang menyelidiki apakah sinar matahari mempercepat kerja tubuh untuk memecah warfarin, obat pengencer darah. Hal ini karena hanya sedikit terjadi perubahan kecil pada konsentrasi warfarin, maka dapat memicu perdarahan yang mengancam jiwa.

(dtc/try)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya