SOLOPOS.COM - ciplukan

ciplukan

Nama ciplukan mungkin tidak dikenal umum karena tidak terlalu mudah ditemukan. Tanaman ini berbuah dengan sebutan ciplukan. Empat mahasiswa Teknik Pertanian UGM memanfaatkannya untuk sari teh yang baik bagi pemilik riwayat diabetes.
Tim pencetus teh ciplukan sebelumnya telah mengetahui beberapa manfaat dari tanaman buah itu. Keempat anggota tim yakni Denok Kumalasari, Rahmi Wijayanti, Intin Nurwati, dan Ridho Andika Putra kemudian sepakat menjadikan ciplukan sebagai teh sehat untuk penderita diabetes.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sebelumnya ciplukan kan dipakai sebagai herbal untuk penyakit diabetes, karena itu kami terdorong mengolah ciplukan menjadi sebuah produk minuman yang ditujukan bagi penderita diabetes,” terangnya Denok mewakili tim disela kegiatan di kampus UGM, Sabtu (21/7).

Setelah melakukan percobaan, keempatnya berhasil membuat produk teh celup ciplukan yang diberi merek Cipcup Tea. Dikatakan Denok, pengolahan ciplukan untuk herbal banyak dilakukan dengan merebus dan mengambil air sari rebusannya. Karena melihat pemanfaatan yang kurang praktis dan membutuhkan waktu lebih lama dengan merebus, tim Cipcup Tea berpikir menjadikannya produk yang siap seduh.

Menurut Denok, ide teh celup sangat sederhana dan sudah memasyarakat. Karena itu, produk kemasan celup dipilih agar pemanfaatan ciplukan lebih praktis dan lebih tahan lama. “Kadaluwarsa hampir sama dengan teh pada umumnya, karena sudah diproses makanya bisa tahan dua tahunan,” ujarnya.

Ditambahkan dia, ciplukan termasuk tanaman musiman yang mengandung senyawa flavonoid empat persen. Kandungan itu berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita. diabetes. Pasalnya, pada penderita diabet insulin dalam tubuh tidak berfungsi. “Jadi tidak mampu lagi mengubah gula dalam tubuh menjadi energi. Sementara, flavonoid berfungsi memperbaiki dan mengembalikan fungsi insulin dalam tubuh,” terang Denok.

Anggota tim, Rahmi menambahkan ciplukan juga mengandung senyawa antioksidan. Senyawa itu memiliki khasiat menangkal radikal bebas. Sementara untuk menambah khasiat dalam produk teh memanfaatkan batang dan daun ciplukan. “Bagian-bagian tanaman tersebut dikeringkan terlebih dulu dengan menggunakan oven bersuhu 200 derajat Celcius,” terang Rahmi.

Ia juga mengatakan, pengeringan bahan dasar dilakukan selama enam sampai tujuh jam hingga kadar air dalam ciplukan tersisa hanya tiga sampai empat persen. Diceritakan, pada awalnya, proses pengeringan bahan dilakukan secara manual dengan oven. “Saat ini kami mulai menggunakan ciplukan yang sudah dikeringkan. Kami beli dari kelompok tani Bina Agro Mandiri, Dongkelan yang biasa menjual berbagai jenis jamu-jamuan kering,” lanjutnya.

Setelah proses pengeringan, bahan kering kemudian digiling hingga halus menjadi serbuk. Sebelum dikemas dalam kantong celup, ditambahkan daun stevia dan teh hijau kering. . Dalam satu kali produksi takarannya yakni 1.200 gram ciplukan kering , 800 gram stevia kering, dan 400 gram teh hijau kering. Dari bahan-bahan tersebut dihasilkan sebanyak 2000 kantong teh ciplukan untuk 200 pack Cipcup Tea.

Produk kemasan dijual satu paket berisi 10 kantung dengan berat 12 gram seharga Rp. 8.000. Saat ini Cipcup Tea belum dipasarkan secara luas. Namun kedepan tim berencana membuat sistem keagenan dan menitipkan ke kios-kios dan apotek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya