SOLOPOS.COM - Nusron Wahid (Dok/JIBI/Solopos)

Nusron Wahid (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Waktu menunjukkan sekitar pukul 13.15 WIB ketika Solopos.com menemui Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Nusron Wahid, di Ruang VIP gedung transit di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Sabtu (14/7/2012) lalu. Nusron sedang menanti kedatangan Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Masdar Farid Masudi dan Direktur Jenderal Pajak, Fuad Rahmany.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, kedua tokoh yang ditunggu itu ternyata langsung meluncur ke Bandara setelah acara seminar dengan tema Membangun Interkoneksi Zakat dan Pajak di Asrama Haji Donohudan. Nusron menyambut ramah kedatangan Espos. Lelaki kelahiran Kudus, 12 Oktober 1973, itu langsung banyak merespon begitu dipancing berbicara soal pengentasan kemiskinan.

Anak keenam dari delapan bersaudara pasangan suami istri Khuzairi dan Wastini ini dikenal sering menyampaikan persoalan pengentasan kemiskinan saat rapat di Gedung DPR.

Politisi muda Partai Golkar itu menuturkan lembaga DPR adalah lembaga politik. Melalui lembaga itu perlu usaha manusia mencapai perbaikan masyarakat.

“Kenapa saya getol usulkan soal kemiskinan? Saya melihat kemiskinan di Indonesia itu tinggi,” kata lulusan SMA NU Al Ma’ruf Kudus itu.

Nusron menilai perlu adanya akses legal untuk mengentaskan kemiskinan. Tidak tepat dengan bantuan atau charity. Dia mencontohkan bantuan langsung tunai (BLT) sebagai instrument untuk security system temporary tidak apa-apa. Namun, jika di luar itu, ia menyatakan paling tidak setuju dengan bentuk-bentuk bantuan yang disebut-sebut untuk mengentaskan kemiskinan.

Tamatan Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini menyampaikan di dalam menangani soal kemiskinan dilakukan dengan pemberian akses legal. Di antaranya pendidikan gratis, akses tanah untuk produksi dan modal melalui kredit usaha ringan (KUR).

“KUR supaya diperbanyak dan dipermudah. Untuk ngurus modal di lembaga keuangan masih repot. Layanan belum inklusif. Yang dilayani masih orang yang punya uang dan aturan berbelit-belit,” tambahnya.

Terkait agenda Harlah Ke-78 GP Ansor, Nusron mengemukakan ada beberapa isu yang dibahas. Yakni soal radikalisasi agama, memperkokoh kebhinekaan dan pemahaman agama inklusif.

Suami Dily Rositimadar itu menyatakan perlunya menyampaikan kehadiran Islam yang inklusif, Islam Nusantara dan Islam rahmatan lil ‘alamin.

Ayahnda Muhammad Faiz Al Harkan dan Muhammad Moralez Ahmadinejad itu menyebutkan ada lima langkah untuk menjadi khoiro ummah. Yakni  tasamuh (toleransi), tawasut (moderat), ta’adul (keadilan), tawazun (keseimbangan) dan amar makruf nahi munkar.

“Akhir-akhir ini, banyak yang salah tafsir dengan amar makruf nahi munkar. Seakan-akan orang boleh melakukan apa saja,” kata mantan Ketua Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Dia menambahkan amar makruf harus dilakukan dengan cara-cara yang makruf dan nahi munkar ditempuh tidak dengan cara-cara yang mungkar atau menimbulkan kemungkaran baru. “Orang kadang salah kaprah, nahi munkar kemudian bawa pedang. Padahal nahi munkar itu bila munkar [tanpa berbuat mungkar],” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya