Solopos.com, SRAGEN — Salah satu daya tarik Objek Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen adalah gemerlap pancaran cahaya lampu pada malam hari. Agar cahaya lampu itu tetap menghiasi malam di Gunung Kemukus, pengelola harus mengeluarkan sekitar Rp10 juta per bulan untuk biaya listriknya.
Berdasarkan pantauan Solopos.com, Sabtu (13/2/2022) malam, banyak pengunjung yang datang di malam hari untuk menikmati keindahan Gunung Kemukus dalam mode gelap, hanya diterangi cahaya puluhan lampu.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Bahkan ada pula pengunjung yang menuggu momen dinyalakannya lampu, mMulai dari promenade sepanjang sekitar 300 meter sampai pintu masuk Sendang Ontrowulan. Begitu lampu dinyalakan, terdengar suara “yaa” pengunjung. Sayangnya, Sabtu sore itu kondisi cuaca kurang mendukung akibat hujan sehingga para pengunjung tidak bisa leluasa untuk mengabadikan momen di Gunung Kemukus.
Baca Juga: Seusai Viral Harga Tiket Masuk Gunung Kemukus Ngepruk, Pengunjung Turun
Ada tiga sumber cahaya yang menerangi kawasan Gunung Kemukus. Yakni cahaya dari lampu di promenade serta jalan menuju makam Pangeran Samudra yang agak kuning, lampu penerangan jalan umum, serta lampu kios/rumah warga setempat.
Selain di area taman, sinar lampu bisa dinikmati sejak melintasi jalan dari arah timur atau sebelum jembatan yang jadi akses masuk wisata. Pancaran lampu serta pantulan cahaya lampu pada air menghiasi kawasan Kemukus yang bisa dinikmati pengunjung atau pengguna jalan dari kejauhan.
Penanggung Jawab Objek Wisata Gunung Kemukus, Marcellus Suparno, mengatakan ada sekitar 86 lampu pada taman serta jalan menuju makam Pangeran Samudra. Dia menyebut lampu tersebut lampu budaya.
“Biaya listrik di sini sekitar Rp10 juta/bulan namun yang membayar masih proyek [pelaksana proyek revitalisasi kawasan Gunung Kemukus],” jelasnya.
Baca Juga: Harga Tiket Masuk Gunung Kemukus Naik 2 Kali Lipat di 2 Hari Ini
Dia mengatakan beban listrik tidak hanya lampu, namun pompa untuk mengairi sejumlah toilet yang dikelola Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Sragen. Parno menjelaskan sejumlah pengunjung mengatakan adanya lampu membuat seolah suasananya serupa dengan Malioboro.