SOLOPOS.COM - Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, berbelanja kuliner tradisional di hari pertama dibukanya Night Market Sukowati di Jl. Ade Irma Suryani Sragen, Sabtu (17/4/2021). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen yang membuka Night Market Sukowati saat terjadi peningkatan kasus Covid-19 cukup signifikan menuai kontroversi.

Night Market Sukowati dibuka pada Sabtu (17/4/2021). Di hari yang sama, angka kasus kematian pasien terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai enam orang. Sehari sebelumnya, Jumat (16/4/2021), kasus kematian akibat Covid-19 mencapai empat orang. Sementara penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 rata-rata mencapai 30 orang per hari.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga: Pemkot Solo Membuka Link Pendaftaran Vaksinasi Bagi Lansia, Ini Tautannya

Sekretaris Lingkar Studi Sukowati (LS2), Eko Wijiyono, menyesalkan sikap Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, yang dinilainya tidak konsisten. Di satu sisi, kata dia, Bupati memerintahkan camat, lurah dan kades untuk mengawasi protokol kesehatan di masjid dan menunda pembelajaran tatap muka (PTM) dengan pertimbangan terjadi peningkatan kasus Covid-19. Tapi di lain sisi, lanjut dia, Bupati Sragen justru membuka Night Market Sukowati yang mengundang kerumunan warga.

“Mengawasi orang ke masjid lebih mudah daripada mengawasi orang ke pasar malam dan alun-alun. Sebab, tiap orang datang ke masjid pasti bersih dan berwudhu. Di sini ada kesan masjid menjadi tempat penyebaran Covid-19. Bahwa upaya untuk memulihkan ekonomi memang perlu kita dukung, tapi jangan menekan kegiatan yang lain semisal ibadah di masjid,” ujar Eko kepada Solopos.com, Senin (19/4/2021).

Eko berharap kebijakan yang tidak sejalan dengan upaya penanggulangan dan pencegahan Covid-19 bisa ditinjau ulang. “Jangan ada yang diperketat, tapi di sisi lain ada yang dilonggarkan. Hal itu justru tidak menyelesaikan masalah. Kalau menuju [new] normal ya untuk semua,” ucap Eko.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto, mengatakan sudah lebih dari 365 hari pandemi Covid-19 menerjang. Mayoritas pelaku UMKM, kata Tatag, ambruk sehingga memaksa mereka menyesuaikan diri agar tidak terjebak dalam kesulitan yang berkepanjangan. Dibukanya Night Market selama sepekan sekali diharapkan bisa menjadi sarana ruang gerak UMKM untuk bertransaksi.

Baca Juga: Ini 5 Bahaya Makan Daging Anjing, Dampaknya Enggak Main-main!

“Kami berpikir di awal bulan Ramadan inilah saat yang pas untuk memulai geliatnya ekonomi di Sragen di tengah keterbatasan dan tetap terkendali. Apalagi yang akan diteriakkan seandainya mereka tidak diberi tampungan kesempatan UMKM bertransaksi dan berusaha. Bisakan kita memberi jaminan hidup kepada mereka? [Ini] dilema yang harus dihadapi di tengah ketidakpastian,” papar Tatag Prabawanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya