SOLOPOS.COM - Ilustrasi belanja online (Youtube)

Solopos.com, JAKARTA-- Penjualan online untuk FMCG tidak hanya berasal dari peningkatan pembelanjaan yang dilakukan oleh pembeli online yang sudah ada, tetapi juga dari meningkatnya jumlah rumah tangga yang membeli secara online dan dari peningkatan frekuensi pembelian dan uang yang dibelanjakan.

NielsenIQ, sebuah perusahaan pengukuran global menyebutkan, hal ini menandakan tahap akhir dari permulaan e-commerce di Asia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam insight terbarunya, NielsenIQ mengingatkan peritel bahwa saat e-commerce bertransisi ke fase berikutnya, ada lima tantangan yang perlu dihadapi peritel.

Baca Juga: Hasil RUPS PLN, Ardan Adiperdana Diangkat Jadi Komisaris PLN

Tantatangan-tantangan tersebut yakni fragmentasi pasar ritel yang semakin beragam, pendefinisian ulang peran toko offline, pengalaman berbelanja yang bervariasi, upaya yang lebih besar untuk merebut perhatian konsumen, dan kecepatan peritel untuk menyediakan produk ke konsumen.

“Kita memasuki tahap akhir dari permulaan e-commerce di Asia dan mereka yang tidak bertindak sekarang akan melewatkan fase paling berpengaruh dari pertumbuhan untuk e-commerce,” kata Vaughan Ryan, Managing Director, Consumer Intelligence NielsenIQ di Asia dalam rilis yang diterima Solopos.com, Minggu (21/3/2021).

“Kemajuan teknologi dan kreativitas dalam dekade terakhir telah membuat dunia ritel lebih maju — mengarah ke lingkungan di mana kepercayaan menjadi lebih penting, bukan sekadar logistik tetapi lebih mengutamakan pencarian dan pemilihan produk yang makin personal bagi konsumen, di mana ada eksplorasi kategori baru, dan integrasi omnichannel yang berjalan tanpa adanya batasan,”imbuhnya.

Baca Juga:  Masyarakat Pers Apresiasi Pemerintah Atas Vaksinasi Wartawan

Bertransisi ke Fase Berikutnya

Sementara e-commerce dipandang dapat mengubah ritel, Covid-19 mempercepat perubahan menuju kesiapannya untuk bertransisi ke fase berikutnya. Di perkotaan Indonesia, jumlah pembeli online tumbuh sebesar 15% selama 12 bulan terakhir.

Selain melihat frekuensi pembelian tumbuh sebesar 37% di Indonesia, NielsenIQ juga mencatat jumlah uang yang dihabiskan secara online oleh masyarakat Indonesia yang juga meningkat sebesar 46%.

Baca Juga:  Jadi Salah Satu Bos Persis Solo, Hadiah Ultah Ke-27 Kevin Nugroho

Sementara tingkat perubahan akan bervariasi sesuai kematangan digital di masing-masing negara, NielsenIQ percaya bahwa hampir semua pertumbuhan barang akan datang dari e-commerce yang bergerak maju.

“Peritel harus menyadari bahwa meskipun toko fisik tetap menjadi channel utama bagi masyarakat Indonesia, konsumen sekarang makin terbiasa melakukan hampir semuanya secara online. Saat ini, konsumen dapat dengan mudah mencari harga terbaik di marketplace sebelum memutuskan untuk berbelanja secara online atau offline, terutama untuk susu formula, popok bayi, produk perawatan kulit, dan produk kecantikan lainnya,” kata Mia Triscahyani, Consumer Intelligence Head NielsenIQ di Indonesia.

“Peritel dan produsen FMCG perlu melibatkan konsumen secara kreatif dan segera menanggapi kebutuhan mereka dengan hadir di omnichannel. Tanpa strategi omnichannel, ini akan menjadi jalan yang sulit bagi peritel dan pemilik merek saat e-commerce berkembang di Indonesia dan berlanjut ke fase berikutnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya