SOLOPOS.COM - Putra bungsu Presiden Joko Widodo Kaesang Pangarep (tengah) bersama pemeran pengganti Erina Gudono mengikuti gladi bersih pernikahan di Royal Ambarukmo, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (6/12/2022). Gladi bersih tersebut sebagai persiapan kelancaran pelaksanaan akad nikah dan rangkaian prosesi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.

Solopos.com, SOLO — Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menggelar prosesi ngunduh mantu pernikahan putra ketiganya, Kaesang Pangarep, di Kota Solo, Minggu (11/12/2022) pagi. Prosesi itu kabarnya dilakukan di Loji Gandrung Solo.

Pemerhati sejarah Solo, Dani Saptoni, menjelaskan prosesi ngunduh mantu hampir sama di berbagai wilayah Pulau Jawa. Yang membedakan biasanya busana dan simbolisasinya saja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Maksud, tujuan, seremonialnya hampir sama,” ungkapnya saat diwawancarai Solopos.com, Rabu (7/12/2022). Prosesi ngunduh mantu secara universal, menurut Dani, sebenarnya bukan sesuatu yang wajib dalam upacara daur hidup masyarakat.

Walau tak wajib, prosesi itu perlu dilakukan untuk mengenalkan pengantin putri kepada keluarga laki-laki. Selain itu prosesi ngunduh mantu seperti yang akan digelar keluarga Presiden Jokowi untuk pernikahan Kaesang merupakan bentuk rasa syukur orang tua mempelai laki-laki telah mendapatkan anggota baru.

“Mereka merasa mendapat berkat. Fokus utama di Jawa itu adalah ada simbol-simbol baku,” terangnya. Seperti prosesi ngunjuk toya wening atau minum air, serta gepyokan atau kedua mempelai dipukul-pukul daun seperti janur oleh ibunda mempelai laki-laki.

Baca Juga: Wilujengan di Mangkunegaran Solo, Kaesang Sebut soal Tambahan Mahar Pernikahan

Prosesi memukul kedua mempelai menggunakan daun dilakukan ringan saja. Sebab hal itu merupakan simbolisasi dari harapan untuk menghilangkan sukerta atau kesialan.

Harmonisasi 2 Keluarga

Daun yang dipakai untuk memukul kedua mempelai, menurut Dani, bernama daun opo-opo. “Juga sebagai pengingat dunia ini isinya apa-apa,” urainya.

Sedangkan prosesi ngunjuk toya wening pada tradisi ngunduh mantu yang akan dijalani Kaesang, menurut Dani, yakni kedua mempelai minum air putih biasa.

Prosesi itu sebagai simbol memberikan kesejukan, kebijaksanaan, dan pengenalan terhadap nilai-nilai moral yang benar untuk menjalani hidup. Setelah itu, prosesi dilanjutkan pengalungan kain kepada kedua mempelai, lalu diiring menuju pelaminan.

Baca Juga: Kaesang Sebar 6.000 Undangan Pernikahan, Ada Ganjar Pranowo dan Megawati

“Kedua mempelai diiring ke pelaminan dikalungi, disampiri kain batik, biasanya motif-motif keluhuran,” ujarnya. Selanjutnya orang tua kedua mempelai duduk di kursi, dan ada prosesi sungkem.

“Orang tua duduk, lalu kedua mempelai sungkem, terus mereka duduk. Setelah itu dibacakan ucapan rasa syukur dari keluarga pengantin laki-laki,” papar dia.

Lebih jauh, Dani menjelaskan ngunduh mantu seperti yang akan dilakoni Kaesang Pangarep merupakan wujud harmonisasi antara dua keluarga. Prosesi ini bentuk harapan agar terjalin kekerabatan yang cair, harmonisasi antara dua keluarga baru, tidak hanya bersatunya mempelai.

“Jadi pengantin itu di mata orang Jawa tidak hanya bersatunya antara pasangan suami istri, tapi dua keluarga yang bersatu. Ini yang kemudian menjadi ciri tersendiri dari upacara ngunduh mantu di masyarakat Jawa, utamanya Solo,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya