SOLOPOS.COM - Makam Tionghoa kuno di tengah pemukiman padat penduduk di Semarang yang masih utuh (Sumber: Youtube/J Christiono)

Solopos.com, SEMARANG — Kota Semarang, Jawa Tengah adalah saksi bisu kedatangan para imigran China pada zaman perdagangan kuno di abad 17. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan makam-makam warga China kuno yang tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten Semarang.

Seiring berjalannya waktu, makam-makam kuno ini sudah tergerus menjadi pemukiman padat penduduk, namun masih dijumpai beberapa sisa-sisa pecahan makam, seperti batu nisan dan patung-patung mitologi Tiongkok yang biasa menjadi ornamen di setiap pemakaman Tionghoa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube J Christiono, salah satu kampung padat penduduk yang masih dijumpai pecahan-pecahan makam Tionghoa kuno adalah Kampung Wonodri yang ada di kawasan Bangkong, Kecamatan Semarang Selatan.

Baca Juga: Ritual Kalang Kobong, Tradisi Kematian Wong Kalang

Kampung ini pada era 1700-1900 merupakan area pemakanan Tionghoa. Melalui explorasi naravlog yang ada dalam video tersebut, ditemukan beberapa pecahan  sisa-sisa makam di setiap sudut kampung.  Di antaranya patung mitologi singa yang ada di pintu masuk kampung, kemudian beberapa batu nisan yang ada di sudut-sudut rumah warga yang dijadikan sebagai dudukan warga saat bersantai.

Ada pula makam yang masih utuh karena keluarga dari almarhum masih ada dan merawat makam tersebut. Kemudian ada juga beberapa sisa-sisa makam yang menjadi hiasan dan ornamen rumah dan penutup selokan. Selain ditemukan sisa-sisa makam Tionghoa, ditemukan juga makam Jawa berupa batu kuburan yang sudah dipugar dengan batu dan batu nisan yang ada di kedua ujung

Berdasarkan informasi yang didapat dari keterangan yang ada di video, kampung Wonodri yang dikenal sebagai makam besar Bangkong ini dulunya adalah komplek makam Mayor Tionghoa (Majoor der Chinezen) bernama Be Biauw Tjoan dan kerabatnya. Dihimpun dari Wikipedia, Be Biaw Tjoan adalah pengusaha keturunan Tionghoa di abad ke-19 yang sangat berpengaruh di era pemerintahan Hindia Belanda.

Baca Juga: Gunung Pontang Blora Jadi Wisata Edukasi Budaya Wong Kalang

Lahir di Jawa Tengah, Hindia Belanda, pada 1826,  Be Biaw Tjoan lahir merupakan generasi kedua dari imigran Tionghoa bernama Be Ing Tjoe yang datang ke Jawa pada era 1803-1857. Karena begitu berpengaruhnya, dia diberi gelar oleh pemerintah Hindia-Belanda sebagai Kapitan Cina (Kapitein titulair der Chinezen) pada 1854 dan kemudian naik pangkat sebagai Majoor titulair der Chinezen pada 1862.

Selain kawasan Bangkong ini, masih banyak daerah pemukiman padat penduduk lainnya di Semarang yang juga merupakan bekas makam China kuno, seperti kawasan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang. Makam Tionghoa di kawasan ini sudah ada sejak 1797. Seiring berkembangnya jaman, pada era 1990an, area hutan sekitar makam yang dulunya sepi, akhirnya menjadi pemukiman padat penduduk. Bahkan ada beberapa rumah warga yang masih dekat dengan makam Tionghoa tersebut.

Banyaknya pemukiman padat penduduk di area makam kuno Tionghoa ini dikarenakan faktor kebutuhan untuk membangun rumah yang tinggi namun tidak diimbangi dengan ketersediaan dana yang cukup. Oleh karena itu, karena faktor harga yang terjangkau, akhirnya banyak warga Kota Semarang membeli lahan di area pemakaman tersebut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya