SOLOPOS.COM - Seorang bocah bermain air di dermaga perahu di kompleks Gunung Kemukus, tepatnya di Dukuh Barong, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen, Rabu (11/8/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Para warga di lingkungan Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, mengeluh dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama masa pandemi Covid-19. Aktivitas ekonomi dan pariwisata di objek yang dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen itu lumpuh.

Para pengunjung Gunung Kemukus yang biasanya ramai saat Sura ternyata sepi dan nyaris tak ada. Apalagi dengan aktivitas pekerja dalam revitalisasi Gunung Kemukus juga sedikit banyak membuat pengunjung tidak nyaman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kegiatan wisata berhenti total. Kalau ada pengunjung untuk berziarah tetap dipersilakan tetapi wajib dengan protokol kesehatan. Meskipun pelayanan wisata tutup, masih ada 1-2 orang penunjung yang datang berziarah. Paling-paling hanya lima orang yang datang dalam sehari,” ujar Penanggung Jawab Objek Wisata Gunung Kemukus, M. Suparno, saat ditemui Solopos.com di Kompleks Gunung Kemukus, Rabu (11/8/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Jokowi akan Umumkan Bonus Peraih Medali Olimpiade Tokyo 2020 di Istana

Suparno menyampaikan ritual nglarap slambu pada 1 Sura lalu, tepatnya Selasa (10/8/2021), tidak banyak pengunjung. Peserta ritual hanya 20 orang dan pengunjungnya hanya warga sekitar Kemukus. Dia mengatakan semua kegiatan mulai pukul 16.00 WIB sudah tutup.

Suparno mengatakan pengelolaan Gunung Kemukus yang nantinya jadi New Kemukus ini berbeda dengan objek wisata lainnya karena tempatnya masih menjadi satu kawasan dengan lingkungan warga. Suparno menyebut kawasan Gunung Kemukus itu terdiri atas 300 kepala keluarga yang menyebar di lima rukun tetangga (RT), yakni RT 002 Kedunguter, RT 032, 033, 034, dan RT 035 Dukuh Gunungsari. Semua masuk wilayah Desa Pendem, Sumberlawang.

Otomatis ketika aktivitas wisata di Kemukus berhenti praktis penghasilan warga pun anjlok. Seperti tukang sapu Sendang Ontrowulan, Jumari, 53, yang menbuka warung di dekat kompleks sendang. “Mau jual segelas kopi saja enggak laku. Warung ini hanya melayani pekerja proyek saja. Nanti kalau penataan New Kemukus jadi, mungkin pilih jualan keliling. Pandemi ini dampaknya luar biasa,” keluhnya.

Baca Juga: 25 Kabupaten/Kota di Jawa Turun ke PPKM Level 3, Berikut Ini Daftarnya

 

Makam Pangeran Samodro

Juru Kunci Makam Pangeran Samodro, Hasto Pratomo, 67, hanya bisa duduk-duduk sambil mengantuk menunggu tamu yang tak kunjung datang. Setiap Sura, Hasto harus stand by di depan pintu masuk Makam Pangeran Samodro untuk melayani pengunjung yang berziarah.

“Sebelum pandemi, saat Sura, saya tidak bisa istirahat untuk melayani pengunjung. Ya, baru tahun ini, praktis tidak ada tamu. Jadinya ya mengantuk. Tamu yang datang mau berziarah dan semedi juga tidak bisa konsentrasi karena bising dengan suara pekerja pembangunan pendapa. Padahal saat pukul 20.00 WIB sudah ditutup dan tidak boleh ada pelayanan,” katanya.

Hasto mengatakan saat proses pembangunan selalu dilakukan selametan supaya pekerjaan lancar dan pekerjanya selamat semua. Dia mengatakan selamatan itu sudah berulang kali karena beda proyek beda pelaksana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya