SOLOPOS.COM - Ilustrasi angkot di Kota Semarang. (Instagram @angkotindonesia)

Solopos.com, SEMARANG — Nasib angkutan kota atau angkot di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), lambat laun mulai tersisihkan. Jika dulu pada masa keemasannya jumlah angkot di Semarang mencapai ribuan unit, kini pada masa pandemi Covid-19, jumlahnya pun kian berkurang dan tingga tersisa ratusan unit.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang, Bambang Pranoto Purnomo, menyebutkan sebelum pandemi Covid-19 peredaran angkot di wilayahnya bisa mencapai 2.380-an unit. Namun, setelah dua tahun pandemi melanda, jumlahnya semakin berkurang dan tinggal tersisa sekitar 890-an unit.

Promosi BRI Lakukan Penyesuaian Jam Operasional Selama Ramadan, Cek Info Lengkapnya

“Tahun 2018, sebelum pademi masih ada sekitar 2.380 [unit]. Artinya apa, angkot ini masih dibutuhkan masyarakat Kota Semarang dengan jumlah yang sangat banyak itu. Tapi semenjak pademi, sektor transportasi betul-betul terdampak luar biasa. Sekarang ini, data kami menyebutkan jumlah [angkot] tinggal 890-an,” ujar Bambang kepada Solopos.com, beberapa hari lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Tak hanya angkutan kota, pandemi juga disebut menjadi penyebab hilangnya bus bumel atau melbu kumel yang dipakai untuk menyebut bus kelas ekonomi. Padahal, sebelumnya bus untuk kelas ekonomi ataubus non air conditioner (AC) dengan trayek jarak pendek di Kota Semarang itu cukup diminati. Namun, kondisi saat ini banyak perusahaan otobus penyedia bus bumel yang gulung tikar hingga peredarannya nyaris lenyap.

“Kemudian benar-benar mati atau hilang dari peredaran tahun 2020. Sebelumnya masih nampak beberapa. Untuk kejayaanya, pada era 1980-an hingga 1990-an,” ujarnya.

Baca juga: Deretan Bus Bumel yang Pernah Berjaya di Semarang, Ada yang 300 Unit

Bambang pun berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dapat turut serta membangkitkan peredaran angkot melalu kerja sama program bernama Jalenko yang digagas Organda.

“Organda Semarang sudah mengajukan program seperti Jalenko. Program itu mengajak angkot melayani trayek Semarang pinggiran seperti yang dilakukan bus feeder milik Trans Semarang,” jelasnya.

Sementara itu seorang warga Kota Semarang, Luthfi D., 25, membenarkan jika peredaran angkot, terutama bus bumel di Kota Semarang mulai terpinggirkan. Ia bahkan tak ingat lagi kapan melihat angkutan perkotaan berbentuk bus bumel.

Baca juga: Menelusuri Jejak Bus Bumel di Kota Semarang

“Angkutan kota memang sudah jarang sekarang ditemui. Kalau bus bumel malah enggak ingat kapan terakhir kali lihat. Kayaknya suudah enggak ada,” ujar Lutfi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya