SOLOPOS.COM - Tugu Bandeng Pati. (Instagram/@kelilingpati)

Solopos.com, PATI  -- Salah satu kawasan pesisir utara Jawa Tengah, kabupaten Pati memiliki kisah dramatis di balik penamaan kata ‘Pati.’  Kisah ini diawali dari pelarian Dewi  Ruyung Wulan, putri dari Adipati Carangsaka yang dinikahkan paksa dengan Menak Jasari, putra dari Kadipaten Paranggaruda.

Melansir melalui pantauan kanal Youtube Soma Channel via situs Semarang.com, Jumat  (18/6/2021), diceritakan sang putri terpaksa mau dinikahkan dengan Menak Jasari meskipun tidak menyukainya karena wajah Menak Jasari cacat dan jelek serta selalu berpikiran dan berkelakuan tidak sopan kepadanya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat tiba hari pernikahan, dia berpesan kepada sang dalang, yaitu Ki Sapanyana untuk memainkan cerita pewayangan yang sedih, jika permintaannya tidak dipenuhi maka dia tidak mau duduk di singgasana pengantin.

Baca Juga : Menilik Kuliner Opor Ayam Khas Pati yang Fenomenal

Saat bertemu dengan Ki Saptanyana yang berparas  sangat tampan, Dewi Ruyung Wulan seketika terpesona, lalu meminta sang dalang untuk membawa dirinya pergi. Dalang Sapanyana terkejut namun memenuhi permintaan sang putri adipati.

Dengan kemampuan magisnya, dalang Sapanyana mematikan semua penerang di acara pernikahan tersebut yang berada di Istana Kadipaten Carangsaka, lalu melarikan diri bersama Dewi Ruyung Wulan dan kedua adiknya.

Saat penerang menyala kembali, Adipati Paranggaruda langsung mengerahkan prajuritnya untuk mengejar Sapanyana yang lari bersama calon menantunya dan juga kedua adik  dari  Dewi Ruyung Wulan.

Baca Juga : Desa Jrahi, Wujud Keharmonisan Indonesia Mini di Pati

Ki Sapanyana, Dewi Ruyung Wulan dan kedua adiknya lari ke wilayah Majasemi. Karena terlalu lama berlari, mereka mengalami dehidrasi hingga akhirnya mengambil buah semangka atau mentimun di suatu sawah milik Raden Kembangjaya.

Raden Kembangjaya dan adik dari Penewu  Sukmayana memergoki mereka dan langsung mengajak bertarung. Sayangnya, Sapanyana kalah sakti dari Raden Kembangjaya dan akhirnya Sapayana mengaku salah namun pengakuannya dicibir oleh Raden Kembangjaya.

Singkat cerita, Sapanyana beserta Dewi Ruyung Wulan dan kedua adiknya menjadi tawanan Raden Kembangjaya dan dibawa ke hadapan Panewu Sukmayana. Alih-alih menjatuhi hukuman, Sukmayana justru memperbolehkan mereka untuk tinggal di rumahnya karena merasa iba.

Baca Juga : Menikmati Suasana Khas Puncak Bogor di Agro Jollong Pati

Sukmayana mengatakan kepada Sapanyana bahwa urusannya dengan Paranggaruda akan dia hadapi dan selesaikan. Sebagai balas budi, Ki Sapanyana mempersilakan Kembangjaya dan Sukmayana untuk memperistri kedua adiknya.

Sementara itu Dewi Ruyung Wulan rencananya dipulangkan kepada sang ayah, Adipati Carangsaka. Namun beberapa waktu kemudian, terjadilah perang antara Ki Penewu Sukmayana dan Paranggaruda yang berakhir gugurnya Penewu Sukmayana

Raden Kembangjaya marah besar dan menghancurkan pasukan Paranggaruda  dengan keris Rambut Punutung dan Kuluk Kanigoro. Pertarungan di Majasemi ini berakhir dengan banyaknya korban yang mati.

Karena berhasil mengalahkan adipati Paranggaruda bernama Yudho Pati, Ki Sapanyana akhirnya merelakan Dewi  Ruyung Wulan  untuk diperistri oleh Raden Kembangjaya dan kemudian menetap di Carangsoko menggantikan Puspo Hadung Joyo sebagai pemimpin Kadipaten.

Ia juga diangkat menjadi Adipati setelah menyatukan tiga kadipaten, yaitu Paranggaruda, Carangsaka dan Majasemi menjadi satu kadipaten bernama Kadipaten Pati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya