SOLOPOS.COM - Suasana cerah siang hari di destinasi wisata Oase Park Boyolali . (Solopos.com/Ni'matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI — Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali, Supana menyebut sektor pariwisata Boyolali ditarget menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga Rp1,7 miliar pada 2023.

Angka tersebut naik hampir Rp600 juta dari target 2023 yang hanya Rp1,17 Miliar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Supana mengungkapkan saat ini realisasi pendapatan di sektor pariwisata telah mencapai 85% sesuai data terbaru. Hal itu disampaikan Supana kepada Solopos.com saat ditemui di ruangan kantor, Jumat (11/11/2022).

Terkait pola pengembangan pariwisata di Boyolali, Supana menjelaskan Pemerintah Kabupaten Boyolali tengah mengadopsi pola pengembangan wisata melalui desa wisata di Boyolali. “Ada 45 desa wisata di Boyolali yang sudah ber SK Bupati. Dan kemarin kami festivalkan,” ucap dia.

Sebanyak 45 desa wisata di Boyolali diberikan ruang untuk mengenalkan desanya melalui kegiatan Festival Desa Wisata beberapa waktu lalu. Supana mengatakan kegiatan itu mendapat respons dan antusias dari masyarakat cukup bagus.

Baca juga: Pantai Bale Rantjah Boyolali: Primadona Desa Gombang, Jadi Pusat Studi Banding

Festival tersebut, kata Supana, bisa menjadi motivasi bagi para kepala desa untuk mengembangkan desa wisata tersebut.

Supana berharap desa wisata di Boyolali bisa menggeliatkan perekonomian dan menambah pendapatan desa, yang akhirnya memberikan kesejahteraan masyarakatnya.

“Sekaligus secara multiefek bisa mengurangi pengangguran ketika desa wisata itu punya nilai jual, potensi destinasi maupun budaya. Karena boyolali punya keunikan, keragaman seni dan budaya yang luar biasa,” ucap dia.

Lebih lanjut, untuk strategi pengembangan wisata di Boyolali, Supana mengatakan Disporapar mendorong pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan wisata, melalui pendidikan dan pelatihan.

“Kami mengadakan diklat [pendidikan dan pelatihan], diklat itu bermacam-macam jenisnya,” kata Supana.

Baca juga: Secuil Cerita Surga Wisata Tersembunyi di Desa Tegalsari Boyolali

Diklat yang diadakan itu meliputi sistem pengelolaan sampah dan kebersihan di kawasan wisata, sistem manajemen wisata, sistem pengelolaan desa wisata.

Lalu pelatihan bagi pemandu wisata, serta studi banding. Supana mengatakan ada sejumlah tujuh indikator materi yang diberikan kepada masyarakat sasaran. Pelatihan itu mengundang para stakeholder terkait dan dilakukan secara berkelanjutan setiap tahun.

Berkaitan dengan pro investasi, Supana tidak membatasi pengelolaan desa wisata harus dikelola sendiri oleh desa. Supana mengatakan ada desa wisata yang dikelola pokdarwis, Badan Usaha Milik Desa, dan boleh menggandeng dengan pihak manapun.

“Di Desa Wonopotro itu contohnya, mendapat CSR dari pertamina, mendapat stimulan selama lima tahun berturut-turut, dan saat ini lounching menjadi desa wisata,” ucap dia.

Selain Desa Wonopotro yang menggandeng CSR pertamina. Supana juga mencontohkan Desa Banyuanyar yang saat ini terkenal dengan julukan kampus kopi, Desa Banyuanyar menggandeng CSR PLN.

Baca juga: Boyolali Surganya Wisata Alam & Tradisi, Pemkab Fokus Kembangkan 45 Desa Wisata

“Dan kami kemarin ketika Festival Desa Wisata mengundang direktur BUMN dan BUMD yang ada di Boyolali. Jadi sekaligus untuk sosialisasi bahwa keberadaan desa wisata perlu sentuhan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya