SOLOPOS.COM - Benih padi yang siap ditanam di areal persawahan di Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Sabtu (4/12/2021). (Madiunpos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN — Petani di Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi pada musim tanam (MT) ketiga tahun ini.

Di sisi lain, petani mengaku keberatan jika harus menggunakan pupuk nonsubsidi. Seorang anggota kelompok tani di Desa Sambirejo, Wahono, mengatakan petani kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi saat ini. Padahal, ketersediaan pupuk penting pada masa tanam padi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Seminggu lagi, petani mulai menanam benih padi. Tapi pupuk subsidi sudah sulit untuk ditemui,” kata dia, Sabtu (4/12/2021).

Baca Juga : Profil dan Sepak Terjang Siskaee, Pernah Bikin Konten Mesum Bareng Ojol

Ekspedisi Mudik 2024

Wahono menuturkan ketersediaan pupuk bersubsidi di toko pupuk sedikit. Bahkan, pembelian pupuk bersubsidi dibatasi 35 kilogram (kg) per petak sawah per petani. Padahal, kebutuhan pupuk satu masa tanam mencapai 100 kg per petak sawah.

Untuk memenuhi kebutuhan pupuk itu, lanjut Wahono, biasanya petani membeli pupuk nonsubsidi. Tetapi, harga pupuk nonsubsidi sangat mahal. Petani keberatan dengan kondisi tersebut.

“Untuk kebutuhan pupuk saja, 100 kilogram pupuk subsidi seharga Rp600.000. Tentu ini sangat mahal dan memberatkan petani,” jelasnya.

Baca Juga : Lagi Viral Kuliner Rating Rendah di Soloraya, Banjir Komentar Sadis

Dia memerinci biaya pemupukan satu kali MT padi Rp1 juta sampai Rp2 juta per petak sawah. Itu belum biaya pengairan yang biasanya membutuhkan solar.

Kondisi tersebut membuat sebagian petani harus berutang kepada rentenir maupun meminjam uang di bank. Wahono berharap pemerintah bisa mendengarkan keluhan petani dan menyediakan pupuk subsidi.

Perangkat Desa Sambirejo, Ajar Putra Dewantoro, mengatakan kelangkaan pupuk bersubsidi menjadi masalah yang dihadapi petani setiap musim tanam padi. Dia menyebut lahan pertanian di desanya mencapai 70 hektare.

Baca Juga : Viral Video Mesum Sejoli 25 Detik, Diduga Terjadi di Sragen

Ajar menuturkan pemerintah desa kerap mendengar keluhan kelangkaan pupuk bersubsidi. Dia membenarkan bahwa ketersediaan pupuk bersubsidi ini membuat petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi

“Ini yang menjadi keluhan para petani di sini. Harapannya pemerintah bisa memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi bagi para petani,” tutur Ajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya