SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SEMARANG — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mengungkapkan ada 17 daerah rawan terkena bencana banjir pada musim penghujan ini. Kepala BPBD Jawa Tengah (Jateng), Sarwa Pramana, mengatakan berdasarkan estimasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) curah hujan lebat terjadi pada akhir November 2014.

“Sedang puncak hujan ekstrem diperkirakan pada Desember 2014 sampai Januari 2015,” katanya kepada wartawan di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) bertema Peranan Media Menghadapi Bencana. FGD itu diselenggarakan Forum Wartawan Peduli Bencana (Wapena) bekerjasama BPBD Jateng di Hotel Kesambi Hijau, Kota Semarang, Jumat (14/11/2014).

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Berdasarkan pengalaman bencana banjir pada 2014, lanjut dia, ada sekitar 17 daerah yang berada di sekitar aliran sungai dan dam rawan banjir. Dia menyebutkan daerah rawan banjir yang berada di sekitar aliran sungai Pamali Juana, adalah Pati, Demak, Kudus, dan Rembang.

Daerah di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo, seperti Kota Solo, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Wonogiri, Grobogan, dan Cepu (Blora). Serta daerah sekitar di daerah aliran sungai Opak dan sungai Serayu seperti, Tegal, Brebes, Pemalang, Purworejo. Serta daerah lainnya yakni Kendal dan Kota Semarang.

“Kami sudah menggelar rapat koordinasi [rakor] dengan BPBD kabupaten/kota melakukan antisipasi penanganan bencana banjir, serta pengadaan stok logistik di setiap daerah, ” ungkap Sarwa.

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, imbuh dia juga telah mengeluarkan instruksi kepada bupati/walikota membuka pusat komando (posko) bencana banjir di setiap daerah. Di setiap eks karesidenan juga dibentuk koordinator penanganan bencana, sehingga bila satu daerah terjadi bencana banjir atau bencana alam lain, maka daerah-daerah sekitar akan membantu.

“Jadi jika ada satu kabupaten/kota terjadi bencana alam, maka kabupaten/kota yang berada dalam satu eks karesidenan merapat ikut membantu penanganan bencana,” bebernya.

Sementara itu, Parni Hadi yang menjadi pembicara dalam FGD menyatakan wartawan jangan hanya menjadi pelapor terjadinya suatu bencana alam bagi masyarakat. “Wartawan jangan hanya sekadar jadi pelapor, tapi harus bisa jadi pelopor,” tandas tokoh pers senior nasonal ini.

Informasi bencana yang salah, imbuh dia, bisa menjadi bencana informasi, karena wartawan tida memberikan jalan keluar dan harapan kepada para korban serta masyarakat. Dalam kesempatan sama, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan peran media sangat penting dalam penanganan bencana.

“Pemberitaan media massa dapat memengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku, dan menyelamatakan nyawa manusia,” kata dia. Anggota DPRD Jateng, Sriyanto Saputro, yang juga menjadi pembicara menilai peran media sangat strategis dalam penanganan bencana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya