SOLOPOS.COM - Seorang ibu menunggui anaknya yang mengidap DBD di RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jumat (29/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Prasetia Fauzani)

Mulai bulan Oktober ini hujan sudah mulai turun mengguyur Jogja

Harianjogja.com, JOGJA-Mulai bulan Oktober ini hujan sudah mulai turun mengguyur Jogja, meskipun intensitasnya masih belum begitu intensif dan deras.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada yang harus menjadi perhatian ketika memasuki musim penghujan yakni berkembangnya berbagai macam penyakit. Salah satu yang harus diwaspadai adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. DBD termasuk penyakit yang mematikan karena dapat menyebabkan korbannya mengalami penurunan trombosit hingga bisa mengakibatkan korban meninggal dunia apabila terlambat mendapatkan penanganan medis.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) serta Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Jogja, dr. Endang Sri Rahayu pun menyampaikan bahwa  memasuki musim penghujan tahun ini DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai. Hal ini karena Kota Jogja termasuk daerah yang endemis DBD.

“Penyakit yang harus diwaspadai saat ini terutama karena sudah memasuki musim penghujan ya jelas DBD itu. Meskipun tahun ini jumlah kasusnya menurun namun harus tetap diwaspadai, terutama karena kita daerah endemis DBD,” terangnya saat ditemui di Kantor Dinas Kesehatan, Jalan Kenari No.56, Muja Muju, Umbulharjo pada Selasa (24/10).

Meskipun terjadi penurunan jumlah kasus DBD  pada tahun ini, namun yang perlu menjadi catatan adalah tingginya kasus DBD yang terjadi di Kota Jogja pada tahun 2016 lalu, di mana pada tahun tersebut merupakan tahun dengan kasus DBD tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya.

Dari data yang diberikan oleh dr. Endang, terjadi peningkatan kasus yang cukup tinggi dari tahun 2015 ke tahun 2016. Pada 2015 terjadi 945 kasus dengan 11 orang yang meninggal dunia. Kemudian pada tahun 2016 terjadi 1690 kasus DBD dengan 13 orang meninggal dunia, sedangkan semenjak tahun 2017 hingga sekarang telah mengalami penurunan, dengan 373 jumlah kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2 orang.

Oleh karena itu untuk mengantisipasi mewabahnya penyakit DBD, menurut dr. Endang langkah yang paling tepat ialah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Ia menyebutkan pada tahun sebelumnya merupakan jumlah tertinggi kasus DBD dari data yang pernah dihimpun yakni mulai tahun 1980 tahun. Data tahun 2016 yakni 1690 kasus.

“Untuk mencegahnya lagi-lagi kami mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan PSN atau pemberantasan sarang nyamuk. Itulah langkah yang paling efektif dan efisien untuk mencegah mewabahnya penyakit DBD. Saat ini kami juga sedang dalam memproses surat edaran ke wilayah-wilayah untuk melakukan PSN,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya